Pentingnya Bekali Ilmu Agama Sejak Usia Dini

Demak, NU Online Jateng
Pengasuh Pesantren Roudlotut Tholibin Leteh Rembang KH Syarofuddin Ismail Qoimas mengingatkan kepada orang tua akan peranan pentingnya untuk membekali anak-anak mereka sejak dini dengan ilmu agama. 

“Orang tua jangan hanya mementingkan kebutuhan anak untuk mencari ilmu masalah duniawi jangan sampai dikotori dengan niat hanya mencari pekerjaan. Santri itu harus tsabatul ilmi bil mudzakarah (selalu belajar dan mengkaji ilmu), wabarokatuhu bil khidmah (berkahnya ilmu dengan khidmah kepada guru) wanaf’uhu biridho syaikh (dan manfaat ilmu dengan ridho guru),” tegasnya.

Hal itu disampaikan saat bertaushiyah di acara Haflah ke-46 Khatmil Qur’an Pesantren Al-Badriyyah Mranggen, Kabupaten Demak di halaman pesantren pada Rabu (8/5/2024).

Disampaikan, umat islam harus meneladani akhlak Rasulullah Muhammad saw. Sebagai pribadi sempurna, Rasulullah mudah ditiru perilakunya. Seringkali umat hanya ditunjukkan perilaku Rasul yang berat-berat. Sehingga yang merasa tidak kuat justru semakin pesimis dan menjauh.

“Rasulullah tidak pernah mempersulit, jadi jangan sampai dibuat sulit untuk meniru akhlaknya,” ucapnya.
 

Umat Islam lanjutnya, jangan sampai keliru memaknai kalimat takbir dan tasbih. Dikatakan, takbir itu bermakna Allah Maha Besar. Maksudnya apa? Jika sulit dimengerti, arti sederhana yang perlu kita tanamkan di dalam hati adalah kita ini sangat kecil, karena Allah yang Maha Besar.

“Sangat disayangkan ketika takbir digunakan dalam kondisi untuk tujuan duniawi yang keliru. Karena makna dalam kalimat takbir adalah pengingat bahwa manusia serta bumi dan isinya adalah hal yang kecil di mata Allah. Sehingga tidak ada ruang untuk menimbulkan sifat sombong atau melebihkan diri di dunia yang fana ciptaan Allah,” ungkapnya.

Kiai Syarofuddin yang akrab dipanggil Mbah Syarof itu juga menjelaskan pemaknaan kalimat tasbih. Pada intinya kalimat tasbih digunakan sebagai kalimat untuk menunjukkan kesucian Allah, bukan kesucian makhluk.

“Memaknai subhanallah itu gampangnya ‘aku ini kotor’, begitu,” jelasnya.

Pengajian berlangsung meriah dan khidmat.  Ribuan jamaah memadati halaman Pesantren al-Badriyyah Suburan Mrangen, baik para wali santri, alumni, dan masyarakat sekitar.

Panitia Haflah Khatmil Qur’an Ahmad Dliya’uddin Zabidi kepada NU Online Jateng, Kamis (16/5/2024) menjelaskan, Khatmil Qur’an ke-48 diikuti 297 santri dengan rincian khotimat bil hifdhi 30 juz 17 santri; khatimat bin nadzri 83 santri; khatimat bil amma 80 santri; khatimin bil hifdhi 30 juz 12 santri; khatimin bin nadzri 36 santri, dan khatimin bil amma 69 santri. 

“Alhamdulillah, seluruh rangkaian acara yang dimulai sejak pukul 18.30 WIB berjalan lancar,” terangnya.

Dikatakan, Pengasuh Pesantren Al-Badriyyah Suburan Mranggen KH Muhibbin Muhsin, Alhafidz dan Nyai Hj Nadhiroh Ma’shum Alhafidzoh merupakan ulama kharismatik yang sangat istiqamah menjaga hafalan Al-Qur’an para santri. 

“Melalui bimbingannya, sudah ratusan alumni yang berhasil menyelesaikan hafalan Al-Qur’an 30 juz dan mendirikan pesantren berbasis Tahfidz Al-Qur’an di berbagai daerah. Harapannya agar santri yang telah hafal Al-Qur’an 30 juz tetap berusaha menjaganya  dengan istiqomah,” pungkasnya.

Turut hadir para kiai dan masyayikh serta ibu nyai, diantaranya KH Ulil Albab Arwani, AH (Kudus), KH Ahmad Ghozhali Ihsan, Prof KH Abdul Hadi Murthohar, KH Abdul Kholiq Murod, KH Syarofuddin Husein, Nyai Hj Zuhairoh Ulil Albab, Nyai Hj Mutammimah Harir, dan lain-lain.

Pengirim: Ben Zabidy


https://jateng.nu.or.id/regional/pentingnya-bekali-ilmu-agama-sejak-usia-dini-Z5QSF

Author: Zant