Jakarta, NU Online
Ketua Dewan Pembina Islam Nusantara Foundation (INF) KH Said Aqil Siroj mengatakan, Indonesia sebagai bangsa yang besar dan diberkahi sumber daya alam berkelimpahan, harus bisa mandiri, berdaulat, adil, dan makmur serta menjadi center of gravity (pusat gravitasi) dunia. Hal tersebut diungkap saat memberikan pidato kebudayaan bertajuk Spirit Islam Nusantara untuk Peradaban Dunia di Aula VIP Masjid Istiqlal di Jakarta pada Ahad (27/11).
“Indonesia harus mampu menjadi penyangga peradaban dunia,” jelas Kiai Said seperti yang dilansir dari NU Online.
Menurutnya, sinergitas Indonesia secara geoekonomi, geopolitik dan geostrategi serta positioning di kancah global, harus dibarengi dengan kemampuan Indonesia dalam mewujudkan konsolidasi kedaulatan pangan, energi, dan konservasi, untuk melindungi dan memakmurkan segenap warga bangsanya menuju kehidupan yang berkemaslahatan.
“Indonesia tidak boleh ketergantungan dengan siapapun, dan tidak boleh dikendalikan oleh siapapun. Justru sebaliknya, Indonesia harus menjadi global driver, pengendali global,” tegasnya.
Kiai Said mengutip firman Allah SWT dalam surat Al-Ankabut ayat 105:
وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِى الزَّبُوْرِ مِنْۢ بَعْدِ الذِّكْرِ اَنَّ الْاَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصّٰلِحُوْنَ ١٠٥
“Telah ditetapkan dalam kitab zabur bahwa kemakmuran, kesejahteraan, disapkan oleh Allah untuk hamba-hambanya yang baik dan sholeh,” paparnya.
Kiai yang akrab disapa Buya Said tersebut menilai, hal itu dilakukan sebagai langkah antisipasi dalam menghadapi ancaman resesi global, krisis pangan, dan krisis energi dunia, yang telah di depan mata. Menurutnya, optimalisasi sumber daya alam yang dimiliki harus dilakukan dengan serius, tidak mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok yang dapat merugikan rakyat.
“Lakukan kerja-kerja kebangsaan secara berjamaah (antara pemerintah, organisasi masyarakat sipil, pelaku usaha, parpol, akademisi dan media), akan mampu merubah ancaman menjadi peluang untuk dimenangkan,” tuturnya.
Pengasuh Pesantren Luhur Al Tsaqafah, Ciganjur, Jakarta Selatan ini juga menuturkan, yang disebut kerja-kerja berjamaah adalah mengorganisir kecerdasan dan potensi digital anak-anak bangsa, menggalang solidaritas sosial dan menumbuhkembangkan ekonomi gotong royong berkemaslahatan.
Bukan hanya itu, Kiai Said juga mengajak untuk memperkuat eksistensi budaya dan kearifan lokal, mengglorifikasi dan membumikan ideologi Pancasila secara massif, serta mendorong visi politik kebangsaan yang luhur.
“Kerja-kerja berjamaah itu semua dilakukan untuk memperkokoh sistem pertahanan dan keamanan rakyat, agar bangsa dan negara ini tidak terjungkal dalam kubangan kehancuran,” jelasnya.
Buya Said yang juga merupakan Profesor Bidang Ilmu Tasawuf dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, Jawa Timur ini juga mendorong pemerintah, sebagai penyelenggara negara, untuk lebih berani memihak kepada kepetingan dan kedaulatan rakyat. Khususnya yang menyangkut keamanan hidup dan keselamatan nyawa manusia.
“Keselamatan nyawa manusia Indonesia harus menjadi prioritas utama. Keamanan hidup dan keselamatan rakyat harus tegas dijamin oleh negara,” tegasnya.
Selain itu, Buya Said juga berpendapat, hal yang tak kalah penting untuk diprioritaskan yakni redistribusi aset, lahan dan tanah untuk rakyat. Selanjutnya, optimalisasi energi baru dan terbarukan juga wajib disegerakan dan tak boleh ada yang menghambat.
“Itu semua harus dipercepat dan bukan basa-basi. Monopoli atas pangan, energi, obat obatan, lahan dan tanah harus segera dihentikan,” tandasnya.
Pewarta: Muhammad Rizqy Fauzi