Jakarta, NU Online
Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof Nasaruddin Umar menerangkan Asiyah menjadi perempuan terbaik yang disebutkan dalam Al-Qur’an dikarenakan mampu melihat dua wajah Tuhan dari dua laki-laki yaitu Nabi Musa dan Firaun.
“Pada Musa, Asiyah melihat ‘Al-Hadi’ yaitu salah satu dari Asmaul Husna yang berjumlah 99 dan artinya Yang Maha Memberi Petunjuk. Sedangkan pada wajah Firaun, Asiyah melihat ‘Al-Mudlill’ salah satu dari Asmaul Husna yang artinya Yang Maha Menyesatkan,” kata Prof Nasaruddin Umar saat pengajian Muslimat NU DKI Jakarta, Sabtu (24/9/2022).
Namun demikian, sambung Prof Nasaruddin, jika Allah berkehendak menyesatkan maka objek pasti tersesat, sedangkan jika Firaun yang menyesatkan maka objek tidak tersesatkan.
“Kemampuan Asiyah melihat satu keping mata uang punya dua sisi yang berbeda inilah yang menjadikan dirinya mendapatkan posisi sebagai perempuan terbaik dalam Al-Qur’an,” ujar Rais Syuriyah PBNU itu.
Penceramah yang akrab disapa dengan sapaan Prof Nasar ini meneruskan di samping Asiyah masih banyak orang-orang yang disebutkan dalam Al-Qur’an yaitu Luqman bapak terbaik, Maryam ibu terbaik, Ismil anak terbaik.
Sebelumnya Prof Nasaruddin mengungkapkan Islam dari akar kata salama, bentuk kalimatnya tsulatsi artinya tunduk patuh damai. Ketika dijadikan bentuk ruba’i menjadi aslama bermakna lebih tunduk lebih patuh.
“Itu adalah bentuk kalimat yang pas di tengah-tengah, karena tidak mungkin menjadi sudasi istaslama karena itu sifat malaikat yang artinya tunduk patuh tanpa pernah berbuat kesalahan dan itu mustahil untuk manusia,” terangnya.
Selain itu, Prof Nasaruddin juga menyebutkan perbedaan pujian dengan syukur kepada Allah.
“Ketika seseorang mengucapkan alhamdulillah itu belum bersyukur tapi itu tahmid atau pujian kepada Allah. Adapun bersyukur adalah menggunakan nikmat yang Allah berikan untuk beramal baik kepada Allah dan kepada sesama,” ujarnya.
Pengajian tersebut adalah pengajian rutin bulanan yang diadakan PW Muslimat NU DKI Jakarta yang terhenti selama hampir dua tahun akibat pandemi Covid-19. Sebelum pandemi, pengajian diadakan di Masjid Sunda Kelapa Jakarta Pusat.
“Ini pengajian pertama secara tatap muka setelah pandemi. Dua tahun lebih tidak berkumpul, kerinduan kami akhirnya terobati,” kata Sekretaris PW Muslimat NU DKI Jakarta, Yayah Rukhyati.
Pada pengajian tersebut hadir kurang lebih 600 orang jamaah dari tingkat Cabang, Anak Cabang, dan Ranting se-DKI Jakarta. Selain Ketua PW Muslimat NU Hj Hizbiyah Rochim, hadir juga Ketua PP Muslimat NU Hj Sri Mulyati.
Editor: Kendi Setiawan
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.