Jakarta, NU Online
Umat Islam dianjurkan untuk kembali berpuasa setelah merayakan Idul Fitri. Puasa ini dilakukan selama enam hari, mulai tanggal 2 Syawal sampai akhir bulan. Puasa ini sangatlah dianjurkan oleh Nabi Muhammad saw karena dapat memberikan keutamaan bagi yang menjalaninya.
Ustadz Alhafiz Kurniawan menyampaikan bahwa keutamaan yang bisa diperoleh bagi orang berpuasa selama enam hari di bulan Syawal adalah mendapatkan pahala setara puasa setahun penuh. Hal ini sebagaimana ditulis Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU) itu dalam tulisan di NU Online berjudul ‘Keutamaan Puasa Syawal Persis setelah Hari Id’
Hal tersebut didasarkan pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan dikutip oleh Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani dalam Kitab Nihayatuz Zain (tt: 197), bahwa ‘Siapa yang berpuasa Ramadhan, lalu mengiringinya dengan enam hari puasa di bulan Syawal, ia seakan puasa setahun penuh.’
Hadits lain mengatakan, puasa sebulan Ramadhan setara dengan puasa sepuluh bulan, sedangkan puasa enam hari di bulan Syawal setara dengan puasa dua bulan. Semua itu seakan setara dengan puasa (wajib) setahun penuh’.
Keutamaan sunah puasa Syawal bisa diperoleh dengan memuasakannya secara terpisah dari hari Idul Fitri selama masih dalam bulan kesepuluh itu. Hanya saja, memuasakannya secara berturut-turut lebih utama. Keutamaan sunnah puasa Syawal luput seiring berakhirnya bulan Syawal. Tetapi dianjurkan mengqadhanya.
Mengiringi hari raya Id dengan puasa sunah Syawal lebih utama. Namun orang yang mengamalkan puasa sunah Syawal yang terpisah dari hari Id tetap mendapatkan keutamaan sunah Syawal sebagaimana keterangan Syekh Sayyid Bakri bin Sayyid Syatha Dimyathi dalam Kitab I’anatut Thalibin Juz 2 (2005: 304).
“(Menyambung puasa sunah Syawal dengan hari raya Id lebih utama) daripada tidak menyambung keduanya. Tetapi dengan hanya berpuasa sunah tanpa menyambungnya dengan hari raya Id sekalipun, keutamaan puasa sunah Syawal sudah didapat sebagaimana juga keutamaan itu didapat dengan berpuasa Syawal tanpa berurutan, yaitu terpisah di sepanjang bulan Syawal,” (Lihat Syekh Sayyid Bakri bin Sayyid Syatha Dimyathi, I‘anatut Thalibin, [Beirut, Darul Fikr: 2005 M/1425 H-1426 H], juz II, halaman 304).
Pengamalan puasa Syawal yang beriringan adalah puasa sunah pada tanggal 2-7 Syawal. Pengiringan puasa dengan hari Idul Fitri ini jauh lebih utama daripada yang terpisah karena secara sederhana, hal tersebut bagian dari menyegerakan ibadah sebagaimana keterangan Syekh Sayyid Bakri bin Sayyid Syatha Dimyathi dalam kitab yang sama.
Artinya, “(Untuk menyegerakan ibadah) sebagai sebab keutamaan sambungan puasa sunah Syawal dan hari raya Id. Sambungan antara Hari Id dan puasa sunah Syawal menjadi lebih utama karena menyegerakan dalam masalah ibadah,” (Lihat Syekh Sayyid Bakri bin Sayyid Syatha Dimyathi, I‘anatut Thalibin, [Beirut, Darul Fikr: 2005 M/1425 H-1426 H], juz II, halaman 304).
Pewarta: Syakir NF
Editor: Syamsul Arifin
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.
https://www.nu.or.id/nasional/puasa-syawal-bisa-raih-keutamaan-puasa-setahun-r335D