Rais NU Sumenep: Setiap 100 Tahun Allah Beri Mujaddid Islam

Sumenep, NU Online Jatim

Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep, KH Hafidzi Syarbini menyitir sabda Rasulullah SAW yang menyebutkan bahwa setiap 100 tahun akan ada mujaddid atau pembaharu dalam ajaran Islam. Sesuatu yang berharga ini telah terbukti ketika kedigdayaan NU terasa sampai ke pelosok dunia.

Pernyataan ini disampaikan saat memberi tausiyah ke-NU-an pada acara Bahtsul Masail PCNU Sumenep yang penyelenggaraannya diamanatkan kepada Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Ganding. Agenda bahtsul masail perdana di abad kedua NU ini dipusatkan di Pondok Pesantren Darun Najah Gadu Timur, Ganding, Sumenep, Ahad (12/02/2023).

“Allah akan menepati janji-Nya. Yang dinanti-nantikan Nahdliyin akan terwujud. Hal ini bisa dilihat secara seksama bahwa berdirinya NU mendapat tantangan besar, seperti penjajah, gerakan kerajaan Arab Saudi yang ingin meratakan makam Nabi, aksi brutal Partai Komunis Indonesia (PKI), dan sebagainya. Semuanya dilewati dengan kesabaran dan tawakal oleh masyayikh NU,” ujarnya.

Alumni Pondok Pesantren Al-Anwar Rembang ini mengingatkan, sejarah berdirinya NU yang bermula dari surat Thaha ayat 17-23 yang dibacakan oleh Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan kepada KHR As’ad Syamsul Arifin. Kala itu, Syaikhona Kholil melalui Kiai As’ad hendak mengantarkan tongkat kepada muridnya di Jombang, yakni Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari.

“Apakah itu yang ada di tanganmu, hai Musa? Nabi Musa a.s berkata, ini adalah tongkatku, aku letakkan padanya dan aku pukul dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan padanya. Allah berfirman, lemparkanlah itu hai Musa. Lalu dilemparkannya tongkat itu, maka tiba-tiba menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat,” katanya saat menjelaskan potongan surat Thaha.

“Allah berfirman, peganglah dan jangan takut. Kami akan mengembalikannya pada keadaan semula, dan kepitkanlah tanganmu pada ketiakmu, niscaya ia keluar menjadi putih (cahaya) cemerlang tanpa cacat sebagai mukjizat yang lain untuk diperlihatkan kepadamu dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar,” sambungnya.

Disebutkan, tongkat yang diberikan pada muridnya itu bermakna ajaran ideologi moral agar Mbah Hasyim mencari jalan keluar dari kebisingan ideologis dan berpegang teguh pada tongkat keulamaan yang hakikatnya adalah nilai keagamaan.

“Di kala Nabi Musa takut mengambil tongkat itu, Allah memerintahkan untuk mengambilnya kembali karena akan dikembalikan seperti sediakala. Sama halnya dengan berdirinya NU yang menuai banyak tantangan. Namun para muassis bisa menghadapinya dengan tabah hingga keberadaan jamiyah dirasakan oleh seluruh umat beragama,” terangnya.

Kiai Hafidzi menceritakan, dahulu kala warga tidak mengenal lagu Mars Syubbanul Wathan. Tapi kini, banyak warga menyanyikan lagu yang digubah oleh KH Abdul Wahab Chasbullah tersebut. Sebab baginya, itu adalah wasilah agar warga mencintai tanah air dan mengenal NU.

Pengasuh Pondok Pesantren Darul Istiqamah Batuan ini menegaskan, al-jama’atu rahmatun. Artinya, orang yang berkumpul akan mendapatkan rahmat Allah SWT.

“Walaupun mereka ganteng, pintar, alim dan semacamnya, namun tidak berkenan berkumpul dalam sebuah majelis, maka tidak akan mendapatkan rahmat Allah. Mudah-mudahan Allah memberikan janji-Nya. Sedangkan kita bertambah semangat, ikhlas dalam berkhidmat. Bukan mencari kemenangan tapi mencari keselamatan diri dunia dan akhirat,” tandasnya.


https://jatim.nu.or.id/madura/rais-nu-sumenep-setiap-100-tahun-allah-beri-mujaddid-islam-ZFyR8

Author: Zant