Perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad atau yang juga masyhur dengan sebutan maulid nabi merupakan salah satu perayaan yang sudah menjadi tradisi turun-temurun di belahan dunia, khususnya di Indonesia dalam setiap tahunnya. Perayaan ini tidak lain selain sebagai bentuk ungkapan bahagia atas dilahirkannya manusia paling mulia dan paling sempurna, juga untuk mengenang masa-masa perjuangan dakwahnya dalam menyebarkan ajaran Islam.
Seremonial perayaan maulid nabi diselenggarakan oleh Raja Muzhaffar, salah satu penguasa yang bijak dan dermawan di Irbil. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Imam Jalaluddin Abdurahman as-Suyuthi (wafat 991 H) dalam kitabnya, ia mengatakan:
وَأَوَّلُ مَنْ أَحْدَثَ فِعْلَ ذَلِكَ صَاحِبُ اِرْبِل الَملِكُ الْمُظَفَّر أَبُوْ سَعِيْد كُوْكْبَرِي بِنْ زَيِنِ الدِّيْنِ عَلِي اِبْنِ بَكْتَكينْ أَحَدُ الْمُلُوْكِ الْأَمْجَادِ وَالكُبَرَاءِ الْأَجْوَادِ وَكَانَ لَهُ آثَارٌ حَسَنَةٌ، وَهُوَ الَّذِي عَمَّرَ الجَامِعَ الْمُظَفَّرِي بِسَفْحِ قَاسِيُوْنَ
Artinya, “Orang yang pertama kali mengadakan seremonial itu (maulid nabi) adalah penguasa Irbil, yaitu Raja Muzhaffar Abu Said Kuukuburi bin Zainuddin Ali ibn Buktitin, salah seorang raja yang mulia, agung, dan dermawan. Dia juga memiliki rekam jejak yang bagus. Dan, dia lah yang meneruskan pembangunan Masjid al-Muzhaffari di kaki gunung Qasiyun.” (Imam as-Suyuthi, al-Hawi lil Fatawi, [Beirut, Darul Fikr: 2004], juz I, halaman 182).
Namun demikian, banyak orang-orang yang belum mengenal biografi Raja Muzhaffar yang sebenarnya. Bahkan, tidak sedikit orang yang belum tahu bahwa yang mengadakan seremonial perayaan maulid nabi adalah Raja Muzhaffar. Oleh karena itu, dalam hal ini penulis akan menjelaskan biografi singkatnya.
Nama Lengkap Raja Muzhaffar
Nama lengkap Raja Muzhaffar adalah Muzhaffaruddin Abu Said Kuukuburi bin Zainuddin Ali ibn Buktitin bin Muhammad at-Turkamani. Ia merupakan seorang penguasa yang sangat perkasa, bijaksana, dan pemberani di sebuah satu kota besar yang terletak di Irak bagian timur, yaitu Irbil.
Tidak ada catatan secara pasti dari para ulama ahli sejarah perihal tahun kelahirannya. Hanya saja, Syekh Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Utsman ad-Dzahabi (wafat 748 H) dalam kitab fragmennya menengarai bahwa Raja Muzhaffaruddin atau Raja Muzhaffar lahir pada tahun 549 dan wafat di usia 82 tahun, tepatnya pada tahun 630 Hijriyah. (Ad-Dzahabi, Siyaru A’lamin Nubala’ [Muassasah ar-Risalah, cetakan III: 1405 H, tahqiq: Syekh Syu’ib], juz XXII, halaman 334).
Kepribadian Raja Muzhaffar
Muzhaffar kecil tumbuh dan dibesarkan di lingkungan kerajaan yang sangat perkasa. Ayahnya merupakan penguasa Irbil yang sangat bijaksana dan pemberani, sehingga karakter mulia itu mengalir dan tertanam dalam diri putranya.
Sebagai putra kerajaan, Muzhaffar kecil sering mengikuti pelatihan-pelatihan perang yang diselenggarakan di kerajaannya, sehingga tidak heran jika ia tumbuh sebagai sosok yang gagah dan pemberani. Ia juga sangat bijak dalam mengambil langkah demi kemaslahatan dan kemajuan kerajaan yang sesuai dengan norma-norma dalam ajaran Islam.
Ia juga tumbuh sebagai sosok yang sangat gemar dalam mempelajari ilmu agama Islam. Tidak sedikit waktu yang ia luangkan untuk memperdalam ajaran Islam kepada para ulama di masa itu. Bahkan, ia membangun tempat khusus bagi para ulama agar bisa berdakwah dak menyebarkan ajaran Islam di tempat tersebut.
Tidak hanya itu, ia juga membangun sebuah instansi lembaga secara khusus untuk mazhab Syafi’iyah, dan lembaga mazhab Hanafiyah. Di lembaga tersebut diajarkan kitab-kitab secara khusus dari kalangan mazhab Syafi’iyah dan Hanafiyah. Hal ini sebagaimana yang ditegaskan oleh Syekh Dr. Muhammad Ali ash-Shalabi, dalam kitabnya ia mengatakan:
وَبَنَى لِلصُّوْفِيَّةِ رِبَاطِيْنَ، وَكَانَ يَنْزِلُ إِلَيْهِمْ لِاَجْلِ السِّمَاعَاتِ، وَبَنَى مَدْرَسَةً لِلشَّافِعِيَّةِ وَالْحَنَفِيَّةِ
Artinya, “Ia (Raja Muzhaffar) membangun beberapa tempat untuk ulama ahli tasawuf, kemudian ia menempatkan mereka agar meriwayatkan ilmu dengan metode pendengaran. Ia juga membangun instansi lembaga pendidikan untuk mazhab Syafi’iyah dan mazhab Hanafiyah.” (Ali as-Shalabi, al-Hamalatus Shalabiyah, [Darul Kitab at-Tsaqafi: tt], halaman 264).
Selain dikenal sebagai sosok yang gagah, pemberani, dan gemar dalam hal-hal kebaikan, sifat lain yang perlu diteladani darinya adalah kedermawanannya. Ia merupakan pribadi yang sangat dermawan, suka bersedekah, dan gemar menolong orang-orang yang membutuhkan uluran tangannya, sebagaimana ditegaskan oleh Imam ad-Dzahabi
وَكَانَ مُحِبًّا لِلصَّدَقَةِ، لَهُ كُلَّ يَوْمٍ قَنَاطِيْرُ خَبْزٍ يُفَرِّقُهَا. وَلَهُ دَارٌ مُضَيَّفٌ يَنْزِلُهَا كُلُّ وَارِدٍ، وَيَعْطِى كُلَّ مَا يَنْبَغِي لَهُ
Artinya, “Ia adalah pribadi yang senang bersedekah. Dalam setiap harinya ia membagikan beberapa kati yang berisi roti. Ia juga memiliki tempat yang disediakan untuk ditempati orang-orang yang mendatanginya, kemudian memberikan suguhan yang layak baginya” (Ad-Dzahabi, 22/335).
Demikian biografi singkat Raja Muzhaffaruddin, penguasa pertama yang mengadakan seremonial perayaan maulid Nabi Muhammad. Wallahu a’lam.
Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan, Kokop, Bangkalan, Jawa Timur.
Download segera! NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.