Malang, NU Online
Hingga kini, sejumlah layanan telah diberikan Crisis Center Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang ada di kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Malang, Jawa Timur. Hal tersebut menyentuh kepada korban dan keluarga tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang yang terjadi Sabtu (1/10/2022) malam lalu.
“Pertama, yang kami lakukan adalah memverifikasi data korban dari Pemerintah Kabupaten Malang,” kata Husnul Hakim Sadad, Rabu (12/10/2022).
Pria yang membidangi data pada Crisis Center PBNU tersebut menjelaskan bahwa daftar korban yang diberikan pemerintah setempat langsung dicek kebenarannya.
Sedangkan yang turun langsung adalah dari Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) di tingkat Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) yang ada di kecamatan di Kabupaten Malang.
“Dari validasi yang dilakukan itulah akhirnya bisa dipastikan siapa saja korban dari tragedi Stadion Kanjuruhan,” ungkap Wakil Sekretaris PCNU Kabupaten Malang ini.
Lewat jaringan yang telah dimiliki hingga tingkat kecamatan tersebut, tidak sulit bagi tim Crisis Center PBNU untuk menyampaikan laporan. Sehingga dari pendataan ditemukan 46 korban yang menderita luka berat, serta ratusan mengalami luka ringan.
“Mereka ada yang dirawat di rumah sakit, termasuk korban yang memilih ditangani di rumah masing-masing,” jelasnya.
Dari pendataan inilah, kemudian dikirim bantuan dari LAZISNU PBNU kepada para korban dan keluarga. Termasuk 70 warga yang meninggal dan mereka yang mengalami luka.
Perlu diketahui bahwa selama dibukanya Crisis Center PBNU, pihak PCNU Kabupaten Malang tidak diperkenankan membuka donasi. Hal tersebut karena seluruh kebutuhan operasional dan pemberian santunan telah dicukupi oleh LAZISNU PBNU.
Tidak berhenti dengan memberikan bantuan dan santunan, kegiatan trauma healing juga dilakukan. Hal tersebut karena memang dalam kenyataannya, tidak sedikit korban dan keluarga tragedi Stadion Kanjuruhan yang mengalami trauma.
“Ada pasangan suami istri yang kehilangan anak semata wayangnya,” ungkapnya.
Demikian pula orang tua yang kehilangan anak akibat tragedi tersebut. Dikisahkan bahwa keluarga ini awalnya memiliki dua anak. Pertama lelaki. Namun, ia mengalami kecelakaan motor dan meninggal. Sedangkan anak kedua adalah perempuan, akan tetapi terlibat dalam tragedi Stadion Kanjuruhan.
“Padahal kedua orang tuanya sempat mengantarkan si anak perempuan ke Stadion Kanjuruhan yang berakibat kematian,” ungkap mantan Ketua Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Malang ini.
Pendampingan konseling
Keterangan ini juga dibenarkan M Danil yang juga bertugas di posko tersebut. Bahwa pendampingan dari kalangan konseling sangatlah penting agar kondisi korban dan keluarga bisa kembali normal.
“Prinsipnya, banyak hal yang harus diberikan kepada korban dan keluarga termasuk tentu saja penanganan medis dan trauma healing,” kata pria yang juga Wakil Sekretaris PCNU Kabupaten Malang tersebut.
Hingga kini, Crisis Center PBNU terus melakukan pendampingan. Keberadaannya merupakan hasil kolaborasi beberapa lembaga Nahdlatul Ulama, seperti Lembaga Kesehatan (LKNU), Lembaga Kemaslahatan Keluarga (LKKNU), Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum (LPBHNU), dan Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBINU).
Dalam praktiknya, yang dilakukan adalah memberikan assesmen kondisi kejiwaan dari korban maupun keluarga dahulu kemudian dibantu tim konselor dari berbagai kampus. Pelayanan tidak hanya menunggu korban mendatangi posko, bahkan beberapa kali menemui korban dari rumah ke rumah.
Kontributor: Syaifullah Ibnu Nawawi
Editor: Musthofa Asrori
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.