Kediri, NU Online Jatim
Ratusan santri memenuhi Aula Al-Muktamar Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri dalam mengikuti pelepasan guru bantu yang dilaksanakan di Lembaga Ittihadul Muballighin (LIM) Pondok Pesantren Lirboyo. Guru bantu akan tersebar di 166 lembaga dengan jumlah 266 mahasantri.
Ketua LIM Pondok Lirboyo, Agus Ahmad Zulfa mengucapkan permohonan maaf kepada segenap pesantren, lantaran di 2023 belum bisa keseluruhan mendapatkan guru bantu. Total ada 209 lembaga pemohon, sementara saat ini hanya 166 lembaga yang terealisasi.
“Sehingga masih ada 43 lembaga yang belum bisa mendapatkan tenaga guru bantu. Faktor ini tidak lain utamanya adalah keterbatasan tenaga pengajar,” ungkapnya.
Menurutnya, tahun ini total ada 800 mahasantri yang memasuki masa wajib khidmah atau masa akademik di semester VII dan VIII. Sementara rincian ada 266 mahasantri yang ditugaskan di luar Pondok Lirboyo.
“Sisanya ditugaskan di internal Pondok Lirboyo sendiri, pasalnya perkembangan pondok induk maupun unit di Pesantren Lirboyo semakin pesat,” tandasnya.
Sementara salah satu Pimpinan Madrasah Hidayatul Mubtadiin, KH M Dahlan Ridlwan mengingatkan kepada seluruh santri agar bisa memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Perekrutan tenaga bantu dilakukan secara proporsional, dan untuk lebih yakin bahwa mereka adalah mahasantri dari Pondok Lirboyo.
“Tidak jauh berbeda kemampuan dan skill mereka dengan mahasantri-mahasantri yang dibutuhkan di Pondok Lirboyo,” terangnya.
Pihaknya memberikan pesan untuk mahasantri saat masa wajib khidmah, agar tidak memiliki anggapan bahwa tugas sebagai guru bantu atau pengajar semata-mata untuk menyelesaikan masa wajib khidmah.
Namun bisa menjadikan masa wajib khidmah atau pengajar untuk masa belajar yang penting. Terlebih untuk terus ta’lim wa ta’allum dimanapun berada sesuai harapan para masyayikh.
“Tidak lain guna menambah keilmuan dalam mengajar sekaligus bermasyarakat, sebagaimana tujuan diadakannya wajib khidmah,” paparnya.
Lain lagi, mauidhoh hasanah yang disampaikan oleh KH. Abdulloh Kafabihi Mahrus memberikan pesan kepada segenap tenaga guru bantu supaya mengikuti aturan-aturan pondok yang ditempati jika tidak ada penyimpangan. Namun yang perlu diperhatikan, dalam sarana meluruskan penyimpangan harus menggunakan ilmu dan adab.
“Jangan sampai nahi munkar justru menimbulkan kemungkaran atau keharaman yang lebih,” pesannya.
Sebagai informasi, penugasan lokasi guru bantu yang paling jauh terdapat di Kabupaten Jayawijaya, Papua. Lalu di bagian barat peta Indonesia bertempat di Medan.
Baru-baru ini, mahasantri dikirimkan di wilayah Maluku. Para guru bantu tersebut menyelesaikan penugasannya dan dikembalikan di Pesantren Lirboyo pada tanggal 5 Sya’ban 1445 H atau 15 Februari 2024 mendatang.
https://jatim.nu.or.id/matraman/ratusan-santri-lirboyo-jadi-guru-bantu-di-166-lembaga-instansi-iJGz5