Sumenep, NU Online Jatim
Kiai Ubaidillah Tsabit, Ketua Pengurus Cabang (PC) Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Sumenep menyebutkan 4 isu lingkungan hidup dalam konteks pesantren yang bakal ditindaklanjuti, yaitu krisis air, pemanasan global, sampah plastik dan krisis energi.
Pernyataan ini disampaikan pada acara Halaqah Ekopesantren dengan tema ‘Revitalisasi Model Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan’ di Pondok Pesantren Al-In’am Gapura, Sumenep, Kamis (27/10/2022).
Dikatakan, banyak sumber mata air di pesantren yang mengering saat musim kemarau. Di musim penghujan, banjir menjadi langganan tiap tahun. Baginya, isu klasik ini tidak ada tindakan konkret.
“Problem ini dibutuhkan pengelolaan yang serius. Karena pesantren memiliki tanggung jawab sebagai agen perubahan,” ujar dewan masyaikh Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk itu.
Tak hanya itu, global warming menjadi isu yang sejak dulu digaungkan. Oleh karenanya, ia mengajak pada masyarakat untuk mengurangi polusi dan pemanfaatan teknologi berlebihan. Terutama problem abrasi laut yang menjadi ancaman bagi warga pesisir.
Kiai Ubaidillah menegaskan, problem sampah di pesantren menjadi Pekerjaan Rumah (PR) yang belum ditemukan jawabannya. Namun, ada beberapa pesantren yang melakukan daur ulang sampah plastik menjadi barang-barang yang bermanfaat.
“Kami mengapresiasi santri Al-In’am membuat paving yang bahan bakunya dari bahan sampah plastik. Langkah yang seperti ini mereduksi sampah plastik menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis,” ungkap sembari melempar senyuman.
Lebih dalam lagi, Bahan Bakar Minyak (BMM) yang melambung tinggi dan pemakaian batu bara untuk pembangkit listrik, patut disikapi bersama.
“Jangan sampai abai, jangan mewariskan masalah lingkungan. Karena dampaknya akan dirasakan oleh anak cucu kita nanti,” tuturnya.
Dari isu-isu inilah, Kiai Ubaidillah mengajak kepada seluruh pengasuh pesantren untuk memikirkan problem klasik ini. Pihaknya memilih term lingkungan guna menyadarkan kembali tentang masalah lingkungan yang semakin kritis.
“Alam yang dianugerahkan Allah disertai sebuah kewajiban, yakni merawat. Kendati demikian, sebagian orang lalai dan membuat kerusakan,” ungkapnya.
Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) Guluk-Guluk ini mengimpikan pesantren meminimalisir dampak buruknya isu tersebut dan bisa mengais hikmahnya.
Selain itu, pihaknya mengimpikan terealisasinya pendidikan lingkungan hidup dalam kukurikuler dan ekstrakurikuler, baik secara teoritis dan praktik.
Tujuannya adalah, agar Sumber Daya Manusia (SDM) yang berwawasan lingkungan hidup, dapat merealisasikan konservasi tanaman atau keanekaragaman hayati, konservasi air, dan sebagainya.
“Ini respon kami dalam menyikapi isu lingkungan, walaupun sebatas wacana. Toh pada saatnya, kami akan menggandeng seluruh elemen untuk mewujudkan mimpi ini,” tandasnya.
https://jatim.nu.or.id/madura/rminu-sumenep-usung-4-isu-besar-tangani-problem-lingkungan-hidup-r1l6c