Jakarta, NU Online
Mayoritas warga tidak setuju sama sekali dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), baik ketika masih rencana maupun setelah diputuskan dan diumumkan oleh pemerintah, pada 3 September 2022 lalu. Hal tersebut sebagaimana hasil survei nasional yang dilakukan Indikator Politik pada 25-31 Agustus 2022 (rencana/sebelum kenaikan harga BBM) dan 5-10 September 2022 saat harga BBM bersubsidi sudah naik.
Pada survei bulan Agustus terdapat 45,1 persen warga atau responden mengaku tidak setuju sama sekali terhadap rencana kenaikan harga BBM. Sementara pada survei September, sebanyak 37,9 persen menjawab tidak setuju dengan keputusan pemerintah menaikkan harga BBM.
Lalu, responden yang menjawab kurang setuju terhadap rencana kenaikan harga BBM sebanyak 33,6 persen dan 36,4 persen responden juga mengaku kurang setuju pada keputusan pemerintah menaikkan harga BBM.
Kemudian, responden yang setuju pada rencana kenaikan harga BBM sebanyak 15,6 persen dan 20,8 persen juga menyatakan setuju pada kebijakan pemerintah tersebut. Responden yang tidak menjawab atau menjawab tidak tahu sebanyak 3,4 persen (survei Agustus) dan 1,7 persen (survei September).
Di samping itu, terdapat 71,8 persen responden yang mengaku tahu atau pernah mendengar berita tentang rencana kenaikan harga BBM bersubsidi. Lalu sebanyak 90,7 persen menjawab tahu saat pemerintah memutuskan harga BBM bersubsidi naik.
“Sekitar 90,7 persen warga tahu tentang kenaikan harga BBM dan mayoritas warga kurang/tidak setuju dengan kebijakan tersebut (71,5 persen),” demikian bunyi hasil survei ini, dikutip NU Online dari dokumen Survei Nasional Indikator Politik, Selasa (20/9/2022).
Harga BBM Dalam Negeri
Kemudian, Indikator Politik menyodorkan pertanyaan kepada responden tentang harga BBM di dalam negeri yang meskipun sudah dinaikkan oleh pemerintah tetapi masih lebih murah dibanding negara-negara lain seperti Singapura, Thailand, Vietnam, Hongkong, Filipina, Jerman, dan Italia. Sebanyak 44,8 persen menjawab tahu soal informasi itu dan 55,2 persen tidak tahu.
Lalu terdapat 38,7 persen responden yang mengaku cukup percaya terhadap berita atau informasi soal harga BBM di Indonesia masih lebih murah daripada di negara-negara lain. Disusul 28,6 persen responden kurang percaya, sangat percaya (13,8 persen), dan tidak percaya sama sekali (7,7 persen). Sementara responden yang tidak menjawab atau menjawab tidak tahu sebanyak 11,2 persen.
Kenaikan Harga Bahan Bakar Dunia
Pada topik ini, Indikator menyatakan dua pernyataan kepada responden. Topik soal kenaikan harga bahan bakar dunia disodorkan kepada responden dalam survei pada 25-31 Agustus 2022 dan 5-10 September 2022.
Pernyataan pertama adalah harga bahan bakar dunia mengalami peningkatan, maka untuk mengurangi beban APBN sebaiknya harga bahan bakar juga dinaikkan. Sementara pernyataan kedua yakni meski harga bahan bakar dunia saat ini mengalami peningkatan, tapi pemerintah harus berupaya agar harga bahan bakar tidak dinaikkan, termasuk jika harus menambah utang.
Hasilnya, sebanyak 56,2 persen (survei Agustus) dan 49,4 persen (survei September) responden merasa cocok dengan pernyataan kedua. Sementara 32,4 persen (survei Agustus) dan 40 persen (survei September) memilih pernyataan pertama.
“Pasca kenaikan harga BBM, pemakluman terhadap kenaikan harga bahan bakar dunia yang memberatkan APBN mengalami peningkatan (40 persen),” begitu bunyi hasil survei Indikator Politik.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Aiz Luthfi
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.