Lumajang, NU Online Jatim
KH Barizy dikenal sebagai sosok Kiai yang istiqamah dalam setiap ibadah dan mengajar santri-santrinya di Pondok Pesantren Salafiyah Jalan Kapten Suwandak Citrodiwangsan Lumajang asuhannya. Kiai yang meninggal dunia tahun 1986 tersebut selain sangat alim juga seorang hafidz Qur’an.
Keistiqamahan Kiai Barizy diceritakan oleh santrinya, KH Abdul Muhaimin asal Lamongan yang hadir pada peringatan Haul Kiai Barizy ke-36 sekaligus persemian masjid Al-Barizy yang dikemas ngaji bareng bersama KH Abdurrahman Al-Kautsar atau Gus Kautsar, Kamis (21/07/2022).
“Beliau alim allamah. Saya kemarin sowan ke Gus Khozin putranya, diberitahu kitabnya Kiai Barizy, kitab fathul wahab penuh maknanya. Sohih Bukhori full maknanya. Beliau hafal Al-Qur’an juga nadzom seperti imrithi, alfiah, jawahirul maknun, uqudul juman, beliau selain hafal juga faham,” jelas Kiai Muhaimin.
Kiai Muhaimin yang mondok pada tahun 80-an mengingat betul bagaimana telatennya Kiai Barizy saat mengajar santri. Kiai Muhaimin mengaku selama tiga tahun mondok, sama sekali tidak pernah tahu absennya Kiai Barizy menjadi imam shalat lima waktu.
“Pukul sebelas siang beliau sudah ada di tempat imam nderes Qur’an. Setelahnya, ngajar sorogan bagi santri yang mau bantu beliau pulang. Bagitu juga Ashar kurang setengah jam, beliau sudah seperti itu, dan setelah jamaah sorogan lagi. Maghrib matahari belum terbenam beliau sudah ada di tempat imam sampai masuk isyak,” cerita Kiai Muhaimin.
Setiap Subuh, lanjut Kiai Muhaimin, Kiai Barizy selalu istiqamah membangunkan santri dengan membawa timba berisi air yang kemudian dicipratkan. Anehnya, yang Kiai Muhaimin rasakan, air tersebut diyakininya air yang membuat para santri menjadi lebih mudah menyerap ilmu.
“Alhamdulillah santri yang ndablek seperti saya ini bisa sedikit-sedikit menyerap ilmu dari beliau. Setelah subuh beliau membaca Lailahaillaallah. Saya masih ingat itu, meskipun saya ngantukan. Beliau baca sampai matahari terbit, setelah itu beliau ngaji Hikam,” imbuhnya.
Kiai Muhaimin menganalogikan keistiqamahan bagaikan kereta api yang selalu lewat di jalur dan jam yang sama. Sehingga karena keistiqamahan ini menjadikan kereta api dihormati walaupun tampilannya tidak mewah dan terkesan murah. Tapi kendaraan lainnya pasti berhenti jika kereta api lewat.
“Maka kita para alumni merasa beruntung punya guru seperti Kiai Barizi. Ilmunya Kiai Barizy sangat bermanfaat. Tersebar santrinya, bahkan di luar Lumajang, dan ilmunya beliau bermanfaat untuk masyarakat,” tegasnya.
Kiai Muhaimin berpesan kepada semua alumni untuk selalu mencontoh dan meneladani Kiai Barizy terutama dalam menebarkan kemanfaatan kepada masyarakat luas. Dan selalu memegang teguh nasihat-nasihatnya.
“Walaupun yang kita sebarkan hanya huruf alif yang penting bermanfaat, insyaallah kita dapat barokahnya Kiai Barizy,” tandasnya.