Shalat Dhuha, Panduan Niat dan Keutamaannya

Meski sedang berada di hari libur, ada baiknya tetap  menyempatkan mengerjakan shalat dhuha. Karena di samping sebagai sarana semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT, juga membiasakan kebaikan meski di waktu rehat.

Sekadar diketahui bahwa kata dhuha secara bahasa adalah nama untuk awal siang hari (pagi); sedangkan shalat dhuha dalam fiqih adalah shalat sunah yang dilakukan di waktu dhuha. Yaitu, mulai matahari terbit seukuran satu tombak (tujuh hasta atau 2,5 meter) sampai waktu zawâl (saat matahari tergelincir ke arah barat). Hukumnya sunah muakkadah. (Lihat: Al-Bakri bin as-Sayyid Muhammad Syattha ad-Dimyathi, Hâsyiyyah I’ânatut Thâlibîn, juz I: 253; dan Abu Zakariya Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Al-Majmû’ Syarhul Muhadzdzab, juz IV, halaman: 36).

Keutamaan Shalat Dhuha 
Keutamaan shalat dhuha sangat banyak di antaranya adalah sebagai berikut:   

1. Menjadi sedekah tulang manusia 

   عَنْ أَبِى ذَرٍّ عَنِ النَّبِىِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ. فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ، وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ، وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ، وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى. (رواه مسلم)

Artinya: Diriwayatkan dari Abu Dzar radliyallahu ‘anh, dari Nabi SAW, beliau bersabda: Ada sedekah (yang hendaknya dilakukan) atas seluruh tulang salah seorang dari kalian. Karena itu setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, amar makruf adalah sedekah, nahi munkar adalah sedekah, dan dua rakaat shalat Dhuha mencukupi semuanya itu. (HR Muslim).   

2. Menjadi shalat kaum awwâbîn 
Yaitu orang-orang yang pulang (bertobat) kepada Allah ta’ala. 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: لَا يُحَافِظُ عَلَى صَلَاةِ الضُّحَى إِلَّا أَوَّابٌ. قَالَ: وَهِيَ صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ. (رواه الحاكم وقال: هذا حديث صحيح على شرط مسلم)

Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anh, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Tidak ada yang menjaga shalat dhuha kecuali orang yang kembali kepada Allah dengan bertaubat. Rasulullah SAW bersabda: Shalat dhuha adalah shalat orang-orang yang kembali kepada Allah dengan bertobat. (HR al-Hakim dan ia berkata: Ini hadits shahih sesuai syarat Imam Muslim).   

3. Miliki keutamaan khusus 
Hal ini sebagaimana dalam riwayat berikut: 

   عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: لَقِيتُ أَبَا ذَرٍّ، فَقُلْتُ: يَا عَمُّ اقْبِسْنِى خَيْرًا. فَقَالَ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ كَمَا سَأَلْتَنِي فَقَالَ: إِنْ صَلَّيْتَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ لَمْ تُكْتَبْ مِنَ الْغَافِلِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا أَرْبَعًا كُتِبْتَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا سِتًّا كُتِبْتَ مِنَ الْقَانِتِينَ، وَإِنْصَلَّيْتَهَا ثَمَانِيًا كُتِبْتَ مِنَ الْفَائِزِينَ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا عَشْرًا لَمْ يُكْتَبْ لَكَ ذَلِكَ الْيَوْمَ ذَنْبٌ، وَإِنْ صَلَّيْتَهَا ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً بَنَى اللهِ لَكَ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ. ( رواه البيهقي)

Artinya: Diriwayatkan dari Ismail bin Ubaidillah, dari Abdullah bin Amr, ia berkata: Aku bertemu dengan Abu Dzar radliyallahu ‘anh, lalu berkata: Wahai paman, beritahukanlah diriku pada suatu kebaikan. Lalu ia menjawab: Aku bertanya kepada Rasulullah SAW sebagaimana kamu bertanya kepadaku. Lalu beliau bersabda: Bila kamu shalat dhuha dua rakaat maka tidak akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang lalai; bila kamu shalat dhuha empat rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang berbuat baik; bila kamu shalat dhuha enam rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang taat; bila kamu shalat dhuha delapan rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang beruntung; bila Kamu shalat Dhuha 10 rakaat maka pada hari itu tidak akan dicatatkan dosa bagimu; dan bila kamu shalat dhuha 12 rakaat maka akan dibangunkan untukmu sebuah rumah di surga. (HR al-Baihaqi).   

 

Ketentuan Waktu Utama 
Waktu shalat dhuha sebenarnya adalah mulai matahari terbit seukuran satu tombak sampai waktu zawâl sebagaimana telah disebutkan. Namun demikian, ada waktu yang lebih utama yaitu ketika terik matahari telah terasa panas. Dalam fiqih disitilahkan dengan rumus: Setelah melewati seperempat siang (dihitung dari awal subuh). Kira-kira mulai sekitar jam 9 pagi. 

Imam Muslim meriwayatkan: 

   عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ رضي اللهُ عنه: أَنَّهُ رَأَى قَوْمًا يُصَلُّونَ مِنَ الضُّحَى، فَقَالَ: أَمَا لَقَدْ عَلِمُوا أَنَّ الصَّلاَةَ في غَيْرِ هذِهِ السَّاعَةِ أَفْضَلُ؟ إِنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: صَلاَةُ الأَوَّابِينَ حِيْنَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ (رواه مسلم)

Artinya: Diriwayatkan dari Zaid bin Arqam radliyallahu ‘anh, sungguh ia pernah melihat segolongan orang melakukan shalat dhuha, lalu ia berkata: Tidakkah kalian tahu, bahwa shalat dalam waktu ini lebih utama? Sungguh Rasulullah SAW bersabda: Shalat kaum awwâbîn (shalat dhuha) adalah saat kaki anak-anak unta merasakan panasnya bumi karena terik matahari. (HR Muslim; Lihat: Abu Zakariya Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Syarhun Nawawi ‘alâ Shahîh Muslim, [Bairut, Dâr Ihyâ’it Turâtsil ‘Arabi, 1292 H], juz VI: 30).   

Hikmah shalat dhuha pada waktu utama ini adalah agar setiap seperempat siang tidak kosong dari shalat. Seperempat siang pertama ada shalat shubuh, seperempat siang kedua ada shalat dhuha, seperempat siang ketiga ada shalat dhuhur, dan seperempat siang keempat ada shalat ashar. (Lihat: Muhammad bin Umar Nawawi al-Jawi, Nihâyatuz Zain fi Irsyâdil Mubtadi-în, [Bairut, Dârul Fikr), halaman 102).   

Shalat dhuha sunah dilakukan dengan dua rakaat salam. Batas minimalnya adalah dua rakaat, sedangkan batas maksimalnya adalah 12 rakaat. Adapun surat yang sunah dibaca setelah surat al-Fatihah adalah surat as-Syamsu dan ad-Dhuha, atau surat al-Kafirun dan al-Ikhlas. Atau lebih utama digabung, rakaat pertama membaca as-Syamsu dan al-Kafirun, kemudian rakaat kedua membaca ad-Dhuha dan al-Ikhlas. Kemudian untuk rakaat-rakaat berikutnya surat al-Kafirun di rakaat pertama dan al-Ikhlas di rakaat kedua. (Lihat: Ad-Dimyathi, Hâsyiyyah I’ânatut Thâlibîn, juz I, halaman 255).   

Tata Cara, Niat, dan Doa 
Shalat dhuha dapat dilaksanakan sebagaimana shalat-shalat sunah lainnya, yaitu dua rakaat salam sebagaimana berikut:

1. Niat di dalam hati bersamaan takbîratul Ihrâm

Untuk memantapkan niat, sebelumnya bisa melafalkan niat shalat dhuha berikut: 

 أُصَلِّيْ سُنَّةَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Ushallî sunnatad dhahâ rak‘ataini lillâhi ta‘âlâ. 

Artinya: Saya niat shalat sunnah Dhuha dua rakaat karena Allah ta’ala.    

Selanjutnya melaksanakan gerakan dan bacaan shalat sebagaimana umumnya sampai salam setelah dua rakaat.   Setelah salam atau selesai seluruh shalat kemudian membaca beberapa doa sebagai berikut:   

Doa pertama: 

   اَللّٰهُمَّ إِنَّ الضَّحَآءَ ضَحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَــالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللّٰهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِيْ فِي السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ، وَإِنْ كَانَ فِي الْأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ، وَإِنْ كَانَ مُعْسَرًا فَيَسِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ، بِحَقِّ ضَحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِيْ مَآ أَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

Allâhumma innad dlahâ’a dlahâ’uka, wal bahâ’a bahâ’uka, wal jamâla jamâluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata ishmatuka. Allâhuma in kâna rizqî fis samâ’i fa anzilhu, wa inkâna fil ardhi fa akhrijhu, wa inkâna mu’siran (mu‘assaran) fa yassirhu, wa in kâna harâman fa thahhirhu, wa inkâna ba‘îdan fa qarribhu, bi haqqi dlahâ’ika wa bahâ’ika wa jamâlika wa quwwatika wa qudratika, âtinî mâ atayta ‘ibâdakas shâlihîn.  

Artinya: Wahai Tuhanku, sungguh dhuha ini adalah dhuha-Mu, keagungan ini adalah keagungan-Mu, keindahan ini adalah keindahan-Mu, kekuatan ini adalah kekuatan-Mu, dan penjagaan ini adalah penjagaan-Mu. Wahai Tuhanku, jika rejekiku berada di atas langit, maka turunkanlah; jika berada di dalam bumi, maka keluarkanlah; jika dipersulit, mudahkanlah; jika (tercampur tanpa sengaja dengan yang) haram, sucikanlah; jika jauh, dekatkanlah; dengan hak dhuha, keelokan, keindahan, kekuatan, dan kekuasaan-Mu, datangkanlah kepadaku apa yang Engkau datangkan kepada para hamba-Mu yang salih.   

Doa kedua: 

   اَللّٰهُمَّ بِكَ أُصَاوِلُ وَبِكَ أُحَاوِلُ وَبِكُ أُقَاتِلُ

Allâhumma bika ushâwilu, wa bika uhâwilu, wa bika uqâtilu.   

Artinya: Dengan-Mu, aku menerjang. Dengan-Mu, aku berupaya. Dengan-Mu, aku berjuang.   

 

Doa ketiga 

Dibaca sebanyak 40 atau 100 kali: 

    رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

Rabbighfir lî, warhamnî, wa tub ‘alayya, innaka antat tawwâbur rahîm.   

Artinya: Tuhanku, ampunilah aku. Kasihanilah aku. Terimalah tobatku. Sungguh, Engkau Maha Penerima Tobat dan Maha Penyayang. (Ad-Dimyathi, Hâsyiyyah I’ânatut Thâlibîn, juz I, halaman: 255).


https://jatim.nu.or.id/keislaman/shalat-dhuha-panduan-niat-dan-keutamaannya-VX9cv

Author: Zant