Ponorogo, NU Online Jatim
Sosok perempuan bernama Siti Ni’matul Muntamah yang berusia 50 tahun sudah tak asing lagi di kalangan Banser Ponorogo. Ia adalah anggota Detasemen Wanita Banser atau Denwatser yang juga menjadi guru di Roudhotul Athfal (RA) Muslimat As-Syarifah Desa Beton Siman dan Madrasah Diniyah Islamiyyah Madusari Siman.
Ibu dua anak ini telah aktif mengikuti Denwatser sejak 2017 silam, baginya menjadi Denwatser adalah suatu kebahagiaan dan bisa menjadi lantaran mendapatkan keberkahan.
“Melihat doreng itu suka, bismillah saya masuk Barisan Ansor Serbaguna (Banser). Memang sejak awal saya ingin di Banser, dalam hati saya itu senang kita bisa mengawal bu nyai dan PAM pengajian itu senang, mungkin dari barokah ya doa doa beliau-beliau itu jadi adem,” katanya.
Di tengah kesibukannya menjadi ibu rumah tangga dan guru, Ni’mah sapaan akrabnya mengaku sangat menikmati tugasnya sebagai Denwatser. Ia bercerita pengalaman paling mengesankan yang ia rasakan selama berkhidmat adalah ketika menjalankan diklat. Diketahui, ia telah mengikuti jenjang pengkaderan di Banser hingga Diklatsus Basada pada 2021 silam.
“Saat diklat antara cewek dan cowok itu tidak dibedakan, dalam hal apapun mulai dari kegiatan fisik seperti gulung-gulung, push up dan lain-lain, saat caraka itu tidak ada bedanya yang menjadi sangat berkesan. Mulai dari Diklatsar tahun 2017, Kursus Banser Lanjutan (Susbalan) pada 2018 dan Diklatsus Basada pada 2021,” jelasnya.
Dirinya berpesan kepada para kader Denwatser untuk tetap satu komando di tengah berbagai isu yang beredar, khusunya berkaitan dengan Denwatser serta mengingatkan untuk meluruskan niat hanya untuk mencari ridha Allah.
“Walaupun ada isu apapun kita harus satu komando dengan pimpinan kita, karena Denwatser itu masih jadi polemik, jadi kita harus satu komando dengan Banser, jika kita niat berkhidmat jadi Denwatser kita berkhidmat mencari ridha Allah ta’ala,” terangnya.
Lebih lanjut, ia juga menyampaikan pesan untuk perempuan Indonesia agar tidak menjadi lemah dan terus optimis. Jangan menjadi lemah karena keadaan, jangan pernah menyerah dan tetap semangat, perempuan Indonesia harus lebih maju dalam pemikiran dari segi menerima informasi dan mandiri.
“Kita tidak boleh bergantung pada seseorang ataupun sesuatu. Saya harus bisa walaupun saya memang sudah tua, tapi saya harus bisa dan tidak boleh cengeng,” pungkasnya.