Syawalan Tradisi Unik di Kota Pekalongan

Pekalongan, NU Online Jateng
Syawalan merupakan tradisi unik masyarakat Kota Pekalongan khususnya masyarakat daerah Krapyak suatu kawasan dekat pesisir di bagian utara Kota Pekalongan yang dilaksanakan pada setiap hari kedelapan di Hari Raya Idul Fitri. 

Bahkan Syawalan yang jatuh pada 8 Syawal merupakan hari yang sangat istimewa dan selalu ditunggu-tunggu oleh warga. Pasalnya, hari itu merupakan hari berkumpulnya ribuan warga untuk bisa silaturahim dan saling berkunjung untuk menikmati segala hidangan yang disediakan secara gratis. 

Jika lebaran selalu dirayakan pada 1 syawal dengan meriah saling berkunjung ke tetangga dan sanak famili. Namun untuk Kota Pekalongan sebagian besar masyarakatnya merayakan pada tanggal 8 syawal karena usai puasa ramadhan pada 2 syawal dilanjutkan puasa sunah syawal selama 6 hari dan 8 syawal baru dirayakan dengan meriah.

Hal paling menarik dalam pelaksanaan tradisi ini adalah dibuatnya lopis raksasa yang ukurannya mencapai tinggi 2 meter dengan diameter 1,5 meter dan berat mencapai 225 Kg. Setelah acara doa bersama, lopis raksasa kemudian dipotong oleh Wali Kota Pekalongan dan dibagi-bagikan kepada para pengunjung. 

Para pengunjung biasanya berebut untuk mendapatkan Lopis tersebut yang maksudnya untuk mendapat berkah. Pembuatan lopis dimaksudkan untuk mempererat tali silaturahim antaranggota masyarakat Krapyak dan dengan masyarakat daerah sekitarnya, hal ini diidentikkan dengan sifat lopis yang lengket. 

Masyarakat Krapyak juga biasanya menyediakan makanan ringan dan minuman secara gratis kepada para pengunjung. Jumlah pengunjung pada tradisi ini mencapai ribuan orang yang berasal dari seluruh Kota Pekalongan dan sekitarnya. 

Awal Mula Tradisi Syawalan

Menurut sejarah, orang yang pertama kali memelopori Syawalan adalah KH Abdullah Sirodj, ulama Krapyak yang masih keturunan Tumenggung Bahurekso (Senopati Mataram). 

Awalnya KH Abdullah Sirodj rutin melaksanakan puasa Syawal, puasa ini kemudian diikuti masyarakat sekitar Krapyak dan Pekalongan pada umumnya sehingga meski hari raya, mereka tidak bersilaturahim demi menghormati yang masih melanjutkan ibadah puasa Syawal. 

“Dulu, sehabis shalat id suasananya masih seperti Ramadhan. Baru pada hari ke-8 Syawal, suasana lebaran benar-benar terasa,” ujar Mudir Syu’biyah Jatman Kota Pekalongan KH Ahmad Tubagus Surur, Ahad (14/4/2024). 

Disampaikan, yang menjadi khas dalam tradisi syawalan di Krapyak Pekalongan adalah disajikannya makanan berupa lopis. “KH Abdullah Sirodj memilih lopis sebagai simbol Syawalan di Pekalongan karena terbuat dari beras ketan yang memiliki daya rekat yang kuat, yang menyimbolkan persatuan,” terangnya. 

Kiai Tubagus mengatakan, Presiden Soekarno datang dalam rapat akbar di lapangan Kebon Rodjo Pekalongan (sekarang Monumen) tahun 1950. Presiden berpesan agar rakyat Pekalongan bersatu seperti lopis sehingga warga Krapyak setiap Syawalan selalu memotong lopis. 

“Hal itu sebagai rasa syukur kepada Allah, dan melaksanakan sunah yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Adapun rasa syukur tersebut diwujudkan dalam bentuk jajanan berbentuk lopis. Karena filosofi lopis sendiri sangat religius baik dari segi pemakaian bahan maupun dalam proses pembuatannya,” ujarnya. 

Dikatakan, ketan sebagai bahan dasar lopis memiliki makna persatuan (kraket=erat), karena ketan yang sudah direbus memiliki daya rekat yang kuat dibanding nasi. Sebagai sesama Muslim harus memiliki rasa saling peduli dan saling mengingatkan satu sama lain. Beras ketan yang putih, bersih memiliki makna kesucian (kembali fitri) dalam nuansa lebaran. 

“Bungkus lopis diambilkan dari daun pisang, yang memiliki arti perlambang Islam dan kemakmuran. Bahwa Islam selalu menumbuhkan kebaikan dan menjaga karunia Tuhan. Daun pisang yang digunakan tidak boleh terlalu tua ataupun terlalu muda, karena akan berpengaruh pada cita rasa lopis tersebut,” ucapnya. 

Hj Nurul (50) warga Krapyak kepada NU Online Jateng mengatakan, syawalan tahun 1445 Hijriah bakal digelar Rabu besok sejak pagi hingga siang. Menurutnya, tidak hanya lopis raksasa yang khas di Syawalan, hal unik lainnya adalah warga Krapyak yang mayoritas warga NU memberikan makanan ataupun minuman secara gratis bagi siapa saja yang bertamu ke rumah pada hari kedelapan Syawal. 

“Selain lopis raksasa, warga Pekalongan di beberapa kawasan lain juga merayakan syawalan dengan menerbangkan balon udara. Tradisi balon udara ini konon merupakan tradisi orang keturunan Indo Eropa zaman dulu yang bermukim di Pekalongan. Namun sekarang dilarang pemerintah karena dapat mengganggu penerbangan. Sebagai gantinya diadakan lomba balon udara warna warni dengan ditambatkan yang akan berlangsung di Stadion Hoegeng, Rabu (apangan Mataram, Ahad (17/4/2024) besok,” pungkasnya.

Penulis: M Ngisom Al-Barony


https://jateng.nu.or.id/regional/syawalan-tradisi-unik-di-kota-pekalongan-fzGVf

Author: Zant