Jakarta, NU Online
Taliban mengeluarkan kebijakan teranyar yang berlaku bagi semua universitas negeri dan swasta di Afghanistan untuk menangguhkan pendidikan tinggi perempuan hingga ada pemberitahuan lebih lanjut. Pengumuman tersebut dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan Tinggi, Nida Mohammad Nadim.
Aturan tersebut sontak menjadi mimpi buruk bagi perempuan Afghanistan. Hal ini turut dirasakan oleh Maryam, seorang mahasiswa Ilmu Politik berusia 23 tahun di Afghanistan yang sedang menyelesaikan tugas akhir universitas-nya.
Kabar tersebut ia dengar pada Selasa (20/12/2022) malam, ketika tunangannya menelepon untuk mengatakan bahwa Taliban telah melarang semua wanita masuk universitas.
“Dia mengatakan kepada saya, ‘Aku sangat menyesal, kamu tidak akan dapat mengikuti ujian akhir. Universitas telah ditutup untukmu.’ Hati saya berdarah sejak mendengar kata-kata itu, ”kata Maryam seperti dikutip Al-Jazeera, Jumat (23/12/2022).
Pada Rabu (21/12/2022) pagi, gerbang beberapa universitas terkemuka diblokir oleh kendaraan Taliban dalam upaya mencegah perempuan memasuki kampus, kata beberapa mahasiswa.
Maryam, yang nama lengkapnya dirahasiakan untuk melindungi identitasnya, telah belajar keras selama dua jam terakhir untuk mempersiapkan ujian yang dijadwalkan dalam beberapa hari mendatang. Dia berada di semester terakhir Ilmu Politik dan bertekad untuk menyelesaikannya meskipun keadaan negara suram.
“Setiap hari saya pergi bekerja, kemudian menghadiri kelas di malam hari, dan belajar sampai larut malam, sehingga saya dapat mencapai impian saya dan mengabdi pada negara saya,” terangnya.
“Saya harus mengirim esai ke universitas lain untuk mendapatkan beasiswa master. Tapi tangan dan kakiku mati rasa. Aku tidak bisa menulis kata-kata. Aku ingin menangis, tapi tidak bisa menangis. Saya merasa telah dihukum karena memiliki harapan dan impian,” tambahnya.
Kebijakan Taliban pada Selasa (20/12/2022) tersebut hanyalah langkah terbaru dalam tindakan brutalnya terhadap kebebasan perempuan Afghanistan, menyusul pengambilalihan negara oleh kelompok Islam garis keras pada Agustus 2021 silam.
“Anda semua diinformasikan untuk segera melaksanakan perintah penangguhan pendidikan perempuan tersebut di bawah pemberitahuan lebih lanjut,” bunyi surat yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi kepada semua universitas negeri dan swasta.
Larangan pendidikan tinggi datang kurang dari tiga bulan setelah ribuan wanita mengikuti ujian masuk universitas di seluruh negeri, dengan banyak yang bercita-cita menjadi guru atau praktisi medis, dikutip dari DW News.
Universitas memang tetap terbuka untuk perempuan sejak Taliban kembali berkuasa pada Agustus 2021, selama mereka menghadiri kelas yang terpisah dari siswa laki-laki.
Meskipun Taliban telah berulang kali mengklaim akan melindungi hak-hak anak perempuan dan perempuan, kenyataannya justru sebaliknya. Taliban justru melucuti kebebasan perempuan yang diperoleh dengan susah payah yang telah mereka perjuangkan tanpa lelah selama beberapa dekade terakhir.
Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Musthofa Asrori
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.