Tanda Hati yang Hidup dan Terang menurut Al-Hikam

Imam Ibnu Athaillah dalam Kitab Al-Hikam menyebut tanda kematian dan kegelapan hati sebagai kebalikan dari tanda hati yang hidup dan terang. Dari sana kemudian, ulama yang mensyarahkan Kitab Al-Hikam menyebut dua tanda hati seseorang yang hidup dan terang.

Syekh Abdullah bin Hijazi As-Syarqawi mengatakan, hati yang hidup itu disinari oleh cahaya ilahi. Tanda hati yang hidup berkebalikan dari tanda hati yang mati, kering, dan gelap. Hati yang hidup dan terang merasa germbira atas perbuatan baik yang dilakukan dan merasa susah atas keburukan yang diperbuat.

وعلامة حياته بالأنوار الإلهية وإن لم تدركها لغلظ حجابك حزنك على ما فاتك من الطاعات وندمك على ما فعلت من الزلات فتفرح بصدور الأعمال منك فرحا شديدا وتغتم على صدور المخالفات

Artinya, “Tanda hidup (dan terangnya) hati karena cahaya ilahi meski tidak terlihat lantaran ketebalan hijab adalah kesedihanmu atas kesempatan ibadah yang terlewat dan penyesalanmu atas kekhilafan yang kaulakukan sehingga kamu merasa senang sekali atas amal ibadah yang kamu lakukan dan bimbang atas kekhilafan,” (Syekh Ahmad Hijazi As-Syarqawi, Syarhul Hikam, [Semarang, Thaha Putra: tanpa tahun], halaman 42).

Syekh Ahmad Zarruq dalam Syarah Al-Hikam-nya mengatakan bahwa hati yang terang oleh cahaya ilahi akan menderita oleh kemaksiatan yang dilakukan oleh raganya. Sebaliknya, ia akan merasakan kenikmatan atas ibadah dan berbagai kebaikan lainnya yang dilakukan oleh orang tersebut.

فالقلب الحي هو الذي يتألم بالمعاصي ويتلذذ بالطاعة ويطلب هذه ويفر من هذه لما أحس به من ألم أو ملائمة ووجده من من مرارة وحلاوة

Artinya, “Hati yang hidup adalah hati yang merasa pedih atas kemaksiatan lalu berusaha menghindarinya dan merasakan kenikmatan atas ketaatan sehingga berupaya mengejarnya karena ia merasakan kesakitan, kehinaan, rasa pahit, dan rasa manisnya,” (Syekh Ahmad Zarruq, Syarhul Hikam, [Kairo, Syirkah Qaumiyyah: 2010 M], halaman 63).

Tanda hati yang hidup dan terang ini sejalan dengan hadits Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Musa Al-Asy’ari perihal sifat orang beriman yang hatinya hidup, segar, dan terang.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَتُهُ وَسَاءَتْهُ سَيِّئَتُهُ فَهُوَ مُؤْمِنٌ

Artinya, “Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra, Rasulullah saw bersabda, ‘Siapa saja yang merasa senang oleh kebaikannya dan merasa susah oleh keburukannya, maka ia adalah orang yang beriman,’” (HR At-Thabarani).

Hati yang hidup dan terang dapat menilai kebaikan dan keburukan. Hati yang hidup dan terang merasakan kelezatan ibadah dan kepedihan dosa. Hati yang hidup dan terang memiliki sensitivitas spiritual yang sangat bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat. 

Karena itu, agama mengajak kita untuk merawat kehidupan hati yang sensitif secara spiritual dengan beramal saleh. Agama mengajak kita untuk menjaga kebersihan hati dari kegelapan dan kekeringan spiritual yang disebabkan oleh dosa dan buruk sangka kepada Allah. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)
 

Download segera! NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.

https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/tanda-hati-yang-hidup-dan-terang-menurut-al-hikam-9SZfi

Author: Zant