Akibat adanya Peristiwa bersejarah Puncak peringatan 1 abad NU di Sidoarjo kemarin, kosa kata “Ulama” menjadi viral dan membahana. Banyak orang penasaran untuk bertanya lagi: siapakah sesungguhnya ulama itu?.
Terhadap pertanyaan ini, aku kembali menyampaikan pandangan Maulana Jalaluddin Rumi, penyair sufi besar tentang hal ini, dari karyanya : Fihi Ma Fihi.
Ia tak mendefinisikannya sebagaimana para kaum rasionalis. Tetapi, sebagaimana tradisi kaum sufi penyair, ia memberikan contoh (perumpamaan) yang amat menarik tentang siapa orang alim/ulama (orang berilmu) itu.
Ulama itu bagaikan matahari yang memberikan cahaya untuk yang alam semesta. Atau bagai taman yang subur dan indah, tempat siapa saja senang datang untuk memeroleh kebahagiaan dan keindahan nurani, dan bagi para pejabat negara memeroleh pengetahuan membuat suasana rakyat sejahtera.
Atau ulama itu bagai pohon dengan akar yang menghunjam di tanah yang subur. Tanah itu lalu menjadikan pohon tersebut berdiri kokoh dan kuat dengan menumbuhkan daun-daun yang menghijau dan merimbun. Ia menaungi yang di bawahnya. Lalu ia mengeluarkan bunga-bunga warna warni nan mewangi dan menghasilkan buah-buahan yang lebat dan enak rasanya.
Meski dialah yang menghasilkan bunga dan buah itu, tetapi ia sendiri tak mengambil buah itu. Buah itu untuk orang lain atau diambil mereka. Jika manusia bisa memahami bahasa pohon itu, maka pohon itu akan berkata :
نحن تعلمنا ان نعطى ولا ان ناخذ
“Kami belajar Allah untuk memberi dan tidak untuk mengambil/meminta”.
KH Husein Muhammad,, salah seorang Mustasyar PBNU
https://jabar.nu.or.id/hikmah/ulama-bagai-pohon-rindang-nan-indah-dan-berbuah-manis-PKZob