Semarang, NU Online Jateng
Bulan Dzulhijjah merupakan bulan yang mulia. Di antara 12 bulan, bulan terakhir Hijriah masuk daftar empat bulan yang mulia (al-asyhur al-hurum) yang disebut dalam Al-Qur’an.
Kemuliaan Dzulhijjah ini juga didukung oleh hari-hari istimewa di dalamnya, di antaranya adalah hari tarwiyah, yakni hari kedelapan dari bulan tersebut.
Ustadz Sunnatullah, mengutip Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam Tafsir Mafatihul Ghaib, menjelaskan, ada tiga pandangan mengenai hari kedelapan bulan Dzulhijjah ini dinamakan tarwiyah.
Penjelasan itu sebagaimana termaktub dalam tulisan di NU Online berjudul Penamaan Hari Tarwiyah, Arafah, dan Keutamaannya yang dikutip NU Online Jateng pada Selasa (11/6/2024).
Pertama, di hari tersebut, Nabi Adam merenung saat membangun Ka’bah. Konon, Nabi Adam ketika diperintah untuk membangun sebuah rumah sempat berpikir dan menanyakan pemikirannya itu.
“Tuhanku, sesungguhnya setiap orang yang bekerja akan mendapatkan upah, maka apa upah yang akan saya dapatkan dari pekerjaan ini?” tanya Nabi Adam.
“Ketika engkau melakukan thawaf di tempat ini, maka aku akan mengampuni dosa-dosamu pada putaran pertama thawafmu,” demikian Allah swt merespons pertanyaan manusia pertama yang Ia ciptakan itu.
Mendengar jawaban tersebut, Nabi Adam as memohon tambahan upah. Lagi, Allah menjawab: ‘Saya akan memberikan ampunan untuk keturunanmu apabila melakukan thawaf di sini’.
Namun, Nabi Adam as kembali memohon tambahan upahnya. Allah menjawab: ‘Saya akan mengampuni (dosa) setiap orang yang memohon ampunan saat melaksanakan thawaf dari keturunanmu yang mengesakan (Allah).’
Kedua, di hari tersebut, Nabi Ibrahim merenung setelah bermimpi diperintah untuk menyembelih anaknya. Saat pagi tiba, ia menimbang-nimbang, apakah mimpi itu dari Allah swt atau dari setan? Malam berikutnya, ia kembali bermimpi akan hal yang sama. Di saat itulah, Nabi Ibrahim as menegaskan bahwa mimpi tersebut betul-betul datang dari Allah swt.
Ketiga, di hari istimewa itu, orang haji merenung akan doa-doa yang hendak dipanjatkan pada hari Arafah esoknya.
Pandangan-pandangan itu dilandasi atas makna tarwiyah, yaitu berpikir atau merenung. Karenanya, di hari Tarwiyah, terjadi peristiwa identik dengan keadaan berpikir dan merenung tentang peristiwa yang masih dipenuhi keragu-raguan.
https://jateng.nu.or.id/keislaman/3-pandangan-tanggal-8-dzulhijjah-disebut-hari-tarwiyah-Z3wrY