Amalan 1 Muharram, Adakah Puasa Awal dan Akhir Tahun?

 Jakarta, NU Online

Tidak terasa umat Muslim kembali merayakan tahun baru Hijriah. Seperti biasa, di beberapa platform media sosial muncul unggahan musiman tentang ketidakabsahan puasa awal dan akhir tahun Hijriah. Mereka menilainya sebagai amalan yang tidak berdasar dan bid’ah. Alasannya, hadits dasar puasa tersebut lemah. Benarkah demikian?

 

Berdasarkan tulisan NU Online berjudul Kajian Hadits soal Puasa Akhir dan Awal Tahun, anjuran puasa akhir tahun mengacu pada hadits sahih riwayat Imam Bukhari berikut:

 

عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رضى الله عنهما: عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم: أَنَّهُ سَأَلَهُ أَوْسَأَلَ رَجُلًا وَعِمْرَانَ يَسْمَعُ فَقَالَ: يَاأَبَا فُلَان، أَمَا صُمْتَ سَرَرَ هَذَا الشَّهْرِ؟—قَالَ: أَظُنُّهُ. قَالَ: يَعْنِي رَمَضَانَ.—قَالَ الرَّجُلُ: لَا يَارَسُولَ اللهِ. قَالَ: فَإِذَا أَفْطَرْتَ فَصُمْ يَوْمَيْنِ. لَمْ يَقُلِ الصَّلْتُ أَظُنُّهَ يَعْنِي رَمَضَانَ. رواه البخاري. 

 

Artinya, “Diriwayatkan dari Imran bin Al-Husain RA, dari Nabi SAW bahwa ada orang bertanya kepada beliau, atau beliau bertanya kepada seseorang, sementara Imran mendengarnya. Lalu Rasulullah berkata, ‘Wahai Abu fulan, apakah kamu puasa akhir bulan (Sya’ban) ini?’ Abu An-Nu’man berkata, ‘Saya duga maksudnya adalah bulan itu.’

 

As-Shalt bin Muhammad berkata, ‘Maksud dugaan An-Nu’man adalah bulan Ramadhan.’Orang yang ditanya oleh Nabi SAW menjawab, ‘Tidak wahai Rasulullah.’ Nabi SAW menyambungnya, ‘Apabila kamu tidak puasa, maka puasa lah dua hari (sebagai gantinya).’ As-Shalt tidak mengatakan redaksi, ‘Saya menduganya itu adalah bulan Ramadhan,’” (HR Bukhari).

 

Sekilas hadits ini menjelaskan kesunnahan puasa setiap akhir bulan. Hanya, menurut Az-Zain bin Al-Munir, melihat Imam Bukhari memasukan hadits ini dalam Bab Puasa di Akhir Bulan, maka menunjukkan anjuran puasa tidak hanya di akhir Sya’ban saja melainkan semua bulan.

 

Sementara, dasar puasa awal tahun sendiri sudah jelas haditsnya, yaitu hadits tentang anjuran berpuasa dalam hari-hari bulan Muharram, sebagaimana diriwayatkan:

 

 مَنْ صَامَ يَوْمًا مِنَ الْمُحَرَّمِ فَلَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ ثَلَاثُونَ يَوْمًا. رواه الطبراني في المعجم الصغير. وفي الكبير: ثَلَاثُونَ حَسَنَةً. 

 

Artinya, “Orang yang berpuasa sehari dari bulan Muharram, maka dengan puasa  per harinya ia mendapatkan (pahala puasa) 30 hari,’ (HR At-Thabarani dalam Al-Mu’jamus Saghir). Dalam Al-Mu’jamul Kabir terdapat redaksi, ‘30 kebaikan,’ (Lihat Sulaiman bin Ahmad At-Thabarani, Al-Mu’jamus Shaghir)

 

Kendati sanad hadits ini diperselisihkan antara dhaif dan tidak karena dalam jalur sanadnya terdapat Al-Haitsam bin Habib yang menurut Az-Zhahabi adalah perawi yang dhaif. Akan tetapi, Ibnu Hibban berpendapat Al-Haitsam merupakan perawi yang tsiqah (terpercaya). Penilaian Ibn Hibban ini didukung oleh Al-Mundziri dalam At-Targhib wat Tarhib dan Nurrudin Al-Haitsami dalam Majma’uz Zawaid.

 

Dari isi kandungan atau dirayahnya, hadits ini menjelaskan tentang anjuran memuliakan bulan Muharram (salah satu asyhurul hurum) dengan berpuasa.

 

Demikianlah penjelasan dasar anjuran puasa awal dan akhir tahun. Semoga bermanfaat.

 

Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Aiz Luthfi

Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.

https://www.nu.or.id/nasional/amalan-1-muharram-adakah-puasa-awal-dan-akhir-tahun-RcFRM

Author: Zant