Ayub ‘Mahbub Djunaidi’ Al Ansori

Tidak banyak anak muda NU yang benar-benar kesengsem dengan kiprah dan kecanggihan menulis Mahbub Djunaidi. Di Cirebon, bahkan saya baru menemukan mitra bincang; Ayub Al Ansori. Mulanya, saya memilihkan Ayub novel karangan sang pendekar pena berjudul ‘Dari Hari ke Hari’, tetapi sejak siang di medio 2014 itu, Ayub selalu bercerita bangga di setiap kali merasa berhasil menemukan dan memborong karya-karya mahbub lainnya. Begitu pula ketika ia baru saja mengkhatamkan artikel usang yang dinilainya masih relevan dengan konteks-konteks sekarang.

 

Sekali waktu, Ayub bercerita bahwa sepersekian persen jalan hidup Mahbub Djunaidi sebagai idola barunya itu telah mampu ia tapaki. Berkhidmat di IPNU, bergeser ke PMII, kemudian mengabdi ke NU secara keseluruhan. Dia juga beberapa kali memunculkan buah pikirannya di koran-koran. Ayub bilang, kenikmatan menulis justru muncul ketika keinginannya membaca tak kunjung habis.

 

Ada satu kutipan Mahbub yang sangat digemari Ayub, ‘Tak seorang pun sudi, ya, sudi membeli mobil yang mundur terus, atau maju terus.’ Dan itu pun rupanya betul-betul ia hayati hingga menjelma sebagai sosok penyabar dan selalu membersamai suka maupun lara orang-orang di sekelilingnya.

 

Dan pagi ini, saya mendapat kabar, Kang Ayub telah memarkirkan mobil pengabdiannya dengan amat damai. Saya bersaksi, Kang, njenengan tiang sae. Kang Ayub hanya sedang memilih beristirahat. Sementara semangat dan gagasannya akan terus hidup di benak kami, kawan-kawannya.

 

Selamat jalan, Kang Ayub. Salam buat Bung Mahbub!

 

Sobih Adnan

https://jabar.nu.or.id/obituari/ayub-mahbub-djunaidi-al-ansori-Ufo47

Author: Zant