Jakarta, NU Online
Memeriahkan peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia, setiap tahunnya diadakan berbagai perlombaan. Selain dalam rangka memberikan hiburan, setiap lomba yang diselenggarakan pada 17 Agustus memiliki makna yang jarang diketahui oleh kebanyakan orang. Bahkan lomba tersebut bagian dari adaptasi di zaman Kolonial Belanda.
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Ditjen GTK Kemendikbud) pada tanggal 3 Agustus 2022 lalu mengunggah tentang makna-makna yang terkandung dalam setiap lomba yang diselenggarakan pada momen 17 Agustus.
“Perlu diketahui bahwa ada beberapa jenis lomba tradisional kemerdekaan yang diadaptasi dari zaman kolonial dahulu. Dari semua lomba yang ada pada perayaan Hari Kemerdekaan, lomba apa yang menjadi favorit sahabat GTK?” tulis Ditjen GTK Kemendikbud lewat akun Instagram @ditjen.gtk.kemdikbud.
Dalam unggaha tersebut, dijelaskan lomba-lomba dan maknanya.
Lomba yang mengingatkan kesulitan masyarakat zaman dahulu
Balap karung menjadi lomba yang identik dengan 17 Agustusan. Ternyata ada alasan mengapa memilih karung untuk lomba tersebut. Menurut informasi dari Ditjen GTK Kemendikbud pada zaman penjajah kehidupan masyarakat Indonesia sangat sulit, baik dari segi sandang, pangan dan papan. Sehingga, untuk sandang (pakaian), masyarakat dahulu memanfaatkan karung goni untuk melindungi dan menutup tubuh mereka.
Dengan alasan tersebut balap karung dijadikan lomba untuk memperingati kesulitan penduduk Indonesia di zamannya.
Selanjutnya adalah lomba makan kerupuk. Kerupuk sendiri merupakan makanan murah yang dapat dibeli oleh setiap kalangan. Ditjen GTK Kemendikbud menjelaskan bahwa lomba makan kerupuk merupakan penggambaran dari rakyat Indonesia di masa penjajah yang mengalami kesulitan pangan. Momen 17 Agustus tepat untuk memperingati hal tersebut.
Ditjen GTK Kemendikbud dalam tulisan instagramnya juga mencantumkan lomba egrang. Lomba tersebut ternyata memiliki cerita tersendiri dimana egrang sebagai alat untuk mengolok-olok orang Belanda yang memiliki tubuh tinggi, berbeda dengan tubuh orang Indonesia
Lomba yang mengingatkan kekompakan mayarakat
Lomba panjat pinang merupakan adaptasi dari hiburan masyarakat zaman Kolonial Belanda. Menurut Ditjen GTK Kemendikbud, dahulu saat melakukan perayaan, orang Belanda di Indonesia mengadakan hiburan panjat tiang dengan mengambil beberapa barang yang ingin dicapai di atas tiang. Hal itu memerlukan kekompakan, sehingga di momen hari kemerdekaan panjat pinang menjadi lomba yang identik untuk diselenggarakan.
Lomba selanjutnya adalah tarik tambang. Ditjen GTK Kemendikbud memaknai lomba tarik tambang dengan penggambaran sikap gotong royong yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Tarik Tambang juga mencerminkan rasa kebersamaan dan solidaritas masyarakat.
Selain tarik tambang lomba yang mencerminkan kekompakan adalah lomba bakiak. Menurut penjelasan Ditjen GTK Kemendikbud lomba bakiak memiliki filosofi semangat kekompakan untuk mencapai kemerdekaan.
Kontributor: Siti Maulida
Editor: Kendi Setiawan
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.
https://www.nu.or.id/nasional/berbagai-makna-dan-filosofi-lomba-lomba-hut-ri-duqXa