Berdayakan Masyarakat, Mahasiswa UIJ Tekuni Hidroponik dan Budidaya Jamur

Jember, NU Online Jatim
Tidak banyak mahasiswa sambil menekuni usaha yang semata-mata untuk pemberdayaan masyarakat. Tapi Samsul Hadi, termasuk di antara yang tidak banyak itu. Mahasiswa semester 6 program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Islam Jember (UIJ) ini sejak akhir tahun 2019 menekuni usaha pertanian hidroponik dengan tanaman utama selada. 

 

Samsul, sapaan akrabnya, menyatakan ide awal menekuni pertanian hidroponik itu didorong oleh keinginannya untuk memberdayakan masyarakat sekitar sekaligus memancing jiwa kewirausahaan kaum milenial. Pertanian hidroponik adalah sistem pertanian modern dengan ciri-ciri bersih  dan tak banyak membutuhkan tenaga kerja. 

 

“Saya berharap ini bisa ditiru oleh teman-teman remaja di desa saya (Rambipuji, Jember). Dan alhamdulillah ada beberapa teman yang akhirnya juga menekuni pertanian sayur hidroponik, dan selalu saya bimbing,” ujarnya kepada NU Online Jatim di kampus 1 UIJ Jalan Kiai Mojo Nomor 101 Jember, Kamis (28/7/2022).

 

Lahan hidroponik yang dimiliki Samsul memiliki 1.400 lubang. Lubang-lubang tersebut berada di paralon yang dipasang memanjang. Di dalam paralon itu air selalu mengalir yang berasal dari sumur yang dipompa oleh mesin air. Masa tanam hingga panen membutuhkan waktu selama 40 hingga 45 hari. Karena bukan niat bisnis, Samsul menjual selada itu dengan harga miring, sekadar untuk pengganti biaya produksi.

 

“Selain higienis, sayuran made in hidroponik juga bersih,” ungkap Samsul.

 

Sukses dengan pertanian sayur hidroponik, awal tahun 2022, pria kelahiran Jember tanggal 13 Oktober 2000 ini, membuat usaha budidaya jamur. Menurutnya, biaya budidaya jamur murah tapi hasilnya tidak murahan.

 

“Sayur jamur dikonsumsi oleh semua kalangan, dan kerap menghiasi menu makanan mulai dari rakyat biasa hingga prasmanan berkelas. Sehingga peminatnya banyak,” jelasnya.

 

Beda dengan selada, jamur tidak ada bibitnya. Jamur tumbuh di media yang sudah dirangsang sedemikian rupa. Medianya adalah janggel, limbah buah jagung. Janggel dikasih perangsang jamur, yaitu pupuk urea, dedak, dan ragi tape. Tiga komponen perangsang itu  dicampur dengan formulasi yang telah ditentukan. Itulah namanya masa fermentasi yang berlangsung satu sampai dua pekan. Setelah itu, jamurpun menyembul dan tumbuh.

 

“Kalau sudah tumbuh, harus dipanen setiap hari karena keburu layu. Sekitar satu dua minggu media janggel itu akan terus memproduksi jamur. Saya juga melibatkan anak-anak untuk memetik jamur, dan dikasih ongkos. Hitung-hitung mengajarkan mereka mandiri,” urainya.

 

Samsul adalah satu dari 5 mahasiswa UIJ  yang akan mendapat bantuan modal dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemempora) RI. Saat Deputi 2 Kemenpora RI, Asrorun Ni’am menjadi narasumber Kuliah Kewirausahaan di UIJ, Kamis (14/7/2022), Samsul diminta tampil untuk mempresentasikan usahanya. Dari situlah, Samsul ditawari bantuan oleh Asrorun Ni’am.

 

Penulis: Aryudi A Razaq


https://jatim.nu.or.id/tapal-kuda/berdayakan-masyarakat-mahasiswa-uij-tekuni-hidroponik-dan-budidaya-jamur-4GX05

Author: Zant