Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf meminta kepada kader Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) tidak terlambat menua. Sebab, hal-hal yang lebih besar sudah menanti untuk digapai.
“Ke depan, masih terbentang lebar capaian-capaian yang lebih tinggi, yang lebih besar, yang bisa kalian raih,” katanya saat menyampaikan amanah pada pembukaan Kongres XX IPNU dan Kongres XIX IPPNU Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur pada Jumat (12/8/2022) sore.
Dalam hal ini, kiai yang akrab disapa Gus Yahya itu mengingat bagaimana dahulu Soekarno telah menjadi Presiden Republik Indonesia saat usianya baru menginjak 44 tahun. Di usia yang sama, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mendapat amanah untuk memimpin PBNU. Lebih muda dari itu, ia menyebut ayahanda Gus Dur, yaitu KH Abdul Wahid Hasyim yang sudah menjadi menteri saat usianya baru 30-an tahun dan Ketua Umum PBNU ketika berusia 36 tahun.
“Idealnya, IPNU IPPNU itu usia akhir SMP sampai dengan awal mahasiswa. Jadi, kira-kira umur 15 sampai 21 22 tahun. Supaya nanti umur 23 kalian sudah bisa masuk Ansor dan Fatayat. Lalu, umur 30-an bisa segera menjadi pemimpin-pemimpin Nahdlatul Ulama,” katanya.
Oleh karenanya, Gus Yahya menjelaskan bahwa yang dibutuhkan saat ini yakni satu strategi untuk mengajak generasi yang lebih muda agar terlibat di dalam aktivisme-aktivisme sosial yang lebih terarah dan lebih strategis seperti di IPNU dan IPPNU.
“Generasi sekarang menurut penelitian Alvara Research Center cenderung lebih peduli, lebih sentimentil, sekaligus lebih idealis. Kalau kita tidak menangkap kecenderungan yang sangat positif ini ke dalam satu sistem gerakan bersama-sama dengan seluruh keluarga besar NU, kita sama-sama menyia-nyiakan peluang sejarah yang sangat berharga,” ungkapnya.
Ia juga menekankan kepada kader IPNU dan IPPNU akan perlunya gerakan yang strategis dan efektif dalam mengelola kader dengan skala yang besar. Di dalam mengelola skala sosial yang begitu besar seperti Indonesia dan NU ini, biasanya orang cenderung mencukupkan dengan data-data kuantitatif untuk mengukur perkembangan yang telah dicapai.
“Tetapi sebetulnya, lebih dari itu, bangsa, negara itu membutuhkan capaian-capaian yang lebih substansial terkait dengan keadaan-keadaan nyata dari kehidupan nyata manusia-manusianya,” tegas kiai yang akrab disapa Gus Yahya itu.
Atas dasar itu, gerakan sosial yang mampu berperan secara strategis dan efektif dibutuhkan untuk menangani masalah-masalah yang dihadapi manusia. “Kondisi kehidupan manusia yang nyata itu hanya bisa kita adrress, bisa kita tangani melalui pekerjaan-pekerjaan nyata di akar rumput, on the ground, tidak hanya dengan pantauan-pantauan dari kejauhan,” tegasnya.
Gus Yahya juga mengingatkan terkait mobilitas vertikal kader-kader NU yang harus dijalankan secara akseleratif. Gus Yahya menyampaikan, sejak tahun 90-an, ia memperhatikan kader-kader NU yang menonjol dan mulai melakukan pergulatan untuk mencapai prestasi-prestasi. Namun, mereka yang berprestasi itu berjuang sendiri-sendiri, berprestasi karena keunggulan dan keuletan pribadi masing-masing.
Gus Yahya berharap, ke depan, kader-kader IPNU dan IPPNU mencapai prestasi tinggi tetapi secara rombongan. “Karena dunia semakin berat, kalian semua harus memulai tradisi berjuang bersama-sama untuk mencapai puncak prestasi secara bersama-sama,” pungkasnya.
Kontibutor: Muhammad Fajar Sodik
Editor: Syakir NF
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.