Gus Yahya Jelaskan Akibat Setiap Kelompok Hanya Perjuangkan Kemenangannya Sendiri

Jakarta, NU Online

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengajak semua pihak dan kelompok untuk memperjuangkan kemanusiaan sebagai visi bersama untuk mewujudkan kemenangan bersama.

Namun, kata Gus Yahya, kemenangan itu mustahil terjadi apabila ada satu kelompok identitas yang berupaya memperjuangkan kepentingan kelompoknya sendiri seraya melawan semua kelompok di luar dirinya dengan tujuan untuk menaklukkan dan menguasai pihak lain.

“Kita bisa lihat di dalam realitas bahwa (kemenangan) itu mustahil terjadi. Perjuangan semacam ini tidak mungkin akan mencapai kemenangan bagi kelompoknya sendiri,” ucap Gus Yahya dalam Simposium Nasional Satu Abad NU yang digelar Partai Amanat Nasional di Surabaya, pada Ahad (19/2/2023) lalu. 

Lebih-lebih, lanjutnya, apabila kelompok-kelompok lain memiliki sikap dan perilaku yang sama. Jika demikian, maka hanya akan menghasilkan kekalahan dari semua. Karena yang akan terjadi hanyalah kehancuran bersama dan tidak ada yang menang.

“Termasuk bagi kelompok Islam sendiri, kaum muslimin sendiri, umat Islam sendiri, kalau hanya berpikir untuk kemenangan Islam saja, dijamin mustahil, yang ada adalah kekalahan bersama,” tegas Gus Yahya.

Menurut Gus Yahya, barang siapa berjuang hanya untuk Islam saja tapi tidak juga untuk kebangsaan dan kemanusiaan, maka dijamin yang akan ditemui adalah kekalahan. Hal ini sudah terbukti di mana-mana, antara lain Somalia, Nigeria, Suriah, dan Irak.

Ia menegaskan, kelompok Muslim yang hanya berjuang untuk kepentingan Islam saja, tidak akan memperoleh kemenangan. Tetapi justru bakal menemui kekalahan bersama. Karena ujung dari perilaku semacam itu hanyalah kehancuran bersama.

“Maka tidak ada cara yang lebih baik, bahkan tidak ada cara yang nyata-nyata visibel, yang nyata-nyata bisa kita pilih untuk memperjuangkan Islam selain dengan memperjuangkan kemanusiaan seluruhnya,” tegas kiai yang mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu.

 

“Karena apabila kemanusiaan menang, maka semua menang. Kalau kemanusiaan menang, Islam menang, Kristen menang, Jawa menang, Arab menang, Sunni menang, Syiah menang, semua menang. NU menang, Muhammadiyah juga menang,” imbuhnya. 

Namun kalau ada satu kelompok hanya memperjuangkan dirinya sendiri untuk melawan semua yang lain, dijamin semua akan kalah.

Kesadaran Keberagaman

Gus Yahya mengingatkan, NKRI dilahirkan di atas kesadaran akan keberagaman dari warga bangsa. Sebab kesadaran tersebut sudah ditegaskan dan dibangun sejak cukup lama yaitu pada 1928 saat para pemuda dari berbagai latar belakang, bersatu membulatkan tekad dalam satu sumpah. 

“Sumpah Pemuda. Bertanah air satu, berbangsa satu, berbahasa satu: Indonesia. Ini adalah sumpah tentang kebersatuan, kebersamaan di dalam kesetaraan,” tutur Gus Yahya.

Ia menegaskan, kesadaran atas keberagaman itu tidak bisa disepelekan karena memiliki makna yang sangat dalam dan mengandung satu wawasan yang luar biasa luas tentang peradaban umat manusia yang harus dibangun.

Pada kenyataannya, tegas Gus Yahya, dunia mulai berupaya mengikuti jejak bangsa Indonesia di dalam membangun kebersamaan dan kesetaraan di tengah perbedaan. 

“Maka lahirlah konsensus internasional yang disebut piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang diikuti dengan terbentuk dan diaktifkannya PBB sebagai organisasi,” katanya.

Semua itu merupakan upaya untuk membangun kesadaran dan tatanan bersama di dalam kehidupan umat manusia secara global agar di tengah perbedaan dan beragam latar belakang, umat manusia tetap bisa hidup bersama di dalam damai dan kesetaraan satu sama lain.

Warga dunia saat ini juga bisa melihat bahwa berbagai macam dinamika internasional yang terjadi, tema besarnya adalah tentang upaya mewujudkan tatanan internasional yang efektif dan dapat menjadi wahana bagi pergaulan peradaban yang harmonis.

“Pada hari-hari ini kebutuhan untuk sungguh-sungguh mewujudkan visi ini semakin nyata. Kita bisa melihat dengan semakin jelas bahwa ini adalah kebutuhan yang niscaya. Tidak bisa tidak,” katanya.

Sebab di tengah globalisasi yang sudah demikian lanjut, kata Gus Yahya, tidak ada satu kelompok pun yang bisa mengasingkan diri dari kelompok lain.

“Tidak ada satu kelompok pun yang bisa memisahkan diri dari kelompok yang lain,” tegasnya.

Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad

Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.

https://www.nu.or.id/nasional/gus-yahya-jelaskan-akibat-setiap-kelompok-hanya-perjuangkan-kemenangannya-sendiri-kxFvG

Author: Zant