Lasem, NU Online
Berita wafatnya pengasuh Pondok Pesantren Al Aziz Lasem KH Ahmad Muhammad Siddiq Hasan kemarin, Senin (1/8/2022) membawa angin duka bagi keluarga besar KH Ma’shoem Ahmad. KH Zaim Ahmad yang merupakan pamannya turut mengungkap sosok yang dikenal alim itu.
Pengasuh Pondok Pesantren Kauman Lasem, Rembang, Jawa Tengah itu mengungkapkan keponakannya sebagai sosok yang sangat istiqamah dalam mengajar, dan memiliki semangat yang tidak pernah luntur. “Biasanya mengajar di pondok saya mulai dari pukul 13.30-15.00 WIB. Bahkan sampai dalam keadaan sakit yang serius, Shiddieq tetap ingin mengajar. Saat dilarang pun tetap ingin mengajar dengan diantarkan oleh santrinya,” katanya kepada NU Online pada Selasa (2/8/2022).
“Tapi saya tetap melarangnya, kalaupun tetap memaksa ingin mengajar maka saya sarankan lewat zoom. Takdir Allah swt berkata lain, karena belum sempat mengaji lewat zoom,” lanjut Gus Zaim, sapaan akrabnya.
Menurutnya, kecintaan almarhum dengan ilmu terlihat dari rajinnya muthala’ah untuk mencari referensi-referensi kitab yang tidak hanya dimilikinya, tapi dengan cara meminjam-minjam pula.
“Kadang meminjam di tempat saya hanya untuk mencari jawaban yang ingin diketahui. Sampai-sampai kesehatannya kurang diperhatikan, setiap malam tidak tidur untuk terus belajar di depan laptop,” terang Wakil Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah itu.
Gus Zaim menambahkan, almarhum sangat konsen dalam keilmuan hadis sehingga ada beberapa karya-karya yang merupakan kumpulan hadis-hadis tentang puasa dan shalat, yang judul depannya selalu ada kalimat arba’una.
Tidak hanya itu, menurutnya, almarhum juga sempat menjadi salah satu imam di Masjid Jami’ Lasem hingga memiliki julukan ‘mbah bedug’, karena keistiqomahannya menjadi imam pada waktu bedug atau dzuhur.
“Suatu ketika saat dia pergi ke Bandung kemudian dihubungi dan digoda oleh pengurus masjid, jika tidak segera pulang maka akan ada demo. Seketika itu dia bergegas pulang dari Bandung menaiki pesawat. Terlihat begitu istiqamahnya dalam mengimami di masjid,” jelasnya.
Gus Zaim juga menyaksikan almarhum adalah sosok yang selalu bersikap netral baik kepada keluarga maupun teman-temannya. “Sehingga dapat bergabung dan menyesuaikan dengan siapa pun. Ini sesuai dengan kaidah kemanusiaan kita bahwa dengan siapa pun kita berinteraksi harus bisa beradaptasi dengan masyarakat yang didatangi,” pungkasnya.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Syakir NF
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.