Haul ke 2 KH Dimyati Rois: Mengenang Perjuangan Sosok Mbah Dim Hingga Memiliki Banyak Cabang Pesantren 

Kendal, NU Online Jateng

Ratusan ribu umat muslim hadiri peringatan Haul ke 2 KH Dimyati Rois atau kerap dikenal dengan nama Mbah Dim dalam acara  Al Fadlu Wal Fadlilah Bersholawat bersama Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf di halaman Pondok Pesantren Al Fadlu 2, Srogo Brangsong, Kendal, Senin, (10/62024).

Putra ke 2 Mbah Dim, KH Alamuddin dalam sambutannya mengatakan bahwa Haul KH Dimyati Rois ini juga untuk bertepatan memperingati hari lahir berdirinya Pondok Pesantren Al Fadlu 2.

“Pada tanggal 10 Juni 2017, Mbah Dim pernah berdoa tepat berada ditempat dimana beliau dimakamkan. Beliau berdoa untuk pendirian pesantren Al Fadlu 2, 5 tahun kemudian yakni di 10 Juni 2022 Syaikhina KH Dimyati Rois wafat. Jadi antara pendirian pesantren dengan wafatnya Mbah Dim, itu plek bersamaan tanggalnya dan jamnya,” kata Gus Alam sapaan akrabnya.

Tanggal 10 Juni 2017 jam 11.23 WIB, Mbah Dim berdoa untuk pendirian pesantren ini. Dan tepat tanggal 10 Juni 2022 jam 11.23 WIB beliau wafat. Makanya terus sekarang Harlah sekaligus Haul Syaikhina KH Dimyati Rois, lanjut Mustasyar PCNU Kendal ini.

Sementara itu Habib Syech menambahkan bahwa dirinya bersyukur malam ini dipanggil oleh Mbah Dim, secara tidak langsung dipanggil melalui putra putrinya dan Nyai To’ah.

“Saya ini termasuk murid Mbah Dim, jadi seumur saya insyaAllah sehat akan berangkat diacara ini jadi tidak perlu repot-repot mengundang saya. Saya sudah menyuruh anak saya Abu Bakar untuk menulis setiap tanggal 10 Juni akan kesini, kecuali jika saya budal haji,” ucap Habib Syech.

Habib Syech berpesan kepada para santri, jadilah santri-santri yang sholeh sholihah pelajaran yang didapatkan akan menjadi mudah jika kalian menaati guru-guru, cintailah mata pelajaran karena dengan mencintai pelajaran dapat mudah dipelajari. Dengan ketaatan, kesabaran, ketelitian insya Allah para santri akan sukses dan kesempatan tidak akan datang ke dua kali mumpung kesempatan ini datang. Kesempatan ini kita beli sekarang dan buahnya akan kita petik besok.

 

“Beruntung santri Al Fadlu sebab kalian berada ditempat yang tepat, dari tempat ini Mbah Dim itu orang yang mempunyai sanad terus dari gurunya ke gurunya terus sampai ke Rasulullah Saw. Kita semua itu orang yang paling beruntung termasuk saya yang bisa hadir dalam acara ini, dan saya membawa jubah yang saya pakai ketika bertemu dengan beliau,” lanjut Habib Syech.

Salah seorang santri Mbah Dim yang kini menjadi orang kepercayaan ndalem, KH Ali Nadhodin memaparkan riwayat singkat gurunya ini.

“KH Dimyati Rois lahir pada 5 juni 1945 di Tegal Glagah Bulakamba, Brebes. Beliau merupakan putra kelima dari sepuluh bersaudara yaitu dari pasangan KH Rois dan Nyai Djusminah. Adapun saudaranya diantaranya Nyai Khanifah, KH Tohari Rois, KH Masduki Rois, H Murai Rois, KH Saidi Rois, Nyai Khotijah, KH Syatori Rois, Ny. Mukoyah dan Nyai Daroroh. KH. Dimyati Rois,” ucap Kiai Ali.

Abah Dim adalah asli keturunan petani dan santri, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu. Pada 1 Januari 1978, Abah melepas masa lajangnya dengan menikahi Nyai Hj. To’ah, putri tunggal dari pasangan KH Ibadullah Irfan dan Nyai Hj Fatimah. Buah dari pernikahannya, beliau dikaruniai sepuluh putra-putri, yaitu KH Fadlullah, KH Alamuddin, Nyai Hj Lailatul Arofah, KH Qomaruzzaman, Nyai Hj Lama’atus Sobah, KH Hilmi, KH Thoha Mubarok, KH Husni Mubarok, KH Muhammad Iqbal dan KH Abu Khafsin Almuktafa.

Wakil Sekretaris PCNU Kendal ini menambahkan, Abah Dim usai menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Rakyat (SR). Kemudian pada sekitar tahun 1956 melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren APIK (Asrama Pelajar Islam Kauman) Kauman, Kaliwungu yang diasuh oleh KH Ahmad Ru’yat dan mondok selama kurang lebih 15 tahun. Kemudian melanjutkan berguru kepada KH Mahrus Aly di Ponpes Lirboyo Kediri, akan tetapi itu hanya sebentar dan setelah itu kemudian beliau melanjutkan berguru pada Mbah Imam Pondok Pesantren Sarang, Rembang, di sana beliau hanya belajar kurang lebih sekitar 5 tahun. Kemudian kembali lagi ke Pondok Pesantren APIK Kauman Kaliwungu. Tak berapa lama kemudian, diangkat menjadi Lurah Pondok oleh pengasuh Pondok Pesantren APIK, yaitu KH Humaidullah Irfan (kakak KH Ibadullah Irfan).

“Tahun 1985, Abah mendirikan Pondok Pesantren Al Fadlu Wal Fadlilah di kampung Djagalan Kaliwungu dan kini berkembang menjadi beberapa cabang Al Fadlu diberbagai wilayah. Kiprah Abah Dim di Nahdlatul Ulama tidak perlu diragukan, mulai dari bawah hingga PBNU,” pungkas Kiai Ali.


https://jateng.nu.or.id/regional/haul-ke-2-kh-dimyati-rois-mengenang-perjuangan-sosok-mbah-dim-hingga-memiliki-banyak-cabang-pesantren-MSpZX

Author: Zant