Surabaya, NU Online Jatim
Inovasi pesantren sebagai salah satu untuk penggerak kemandirian ekonomi di Jawa Timur disebut berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin hingga 13.240 orang per Maret 2022.
Selain itu, melalui inovasi Pengembangan Ekonomi Masyarakat Berbasis Pesantren (Eko-Tren) dari Dinas Koperasi dan UMKM, Pemerintah Provinsi Jawa Timur diklaim menciptakan 4.125 lapangan kerja.
Keberhasilan itu membuat Eko-Tren berhasil masuk dalam Top 45 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2022 Kategori Umum yang diselenggarakan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB).
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, hal itu menjadi bukti pesantren berdaya saing dan telah berkontribusi pada perekonomian daerah.
Melalui Eko-Tren, Pemprov Jatim berupaya mendorong perekonomian inklusif dengan pendekatan pemberdayaan santri, alumni, dan masyarakat di lingkungan pesantren.
”Alhamdulillah, Jawa Timur ini gudangnya pesantren. Capaian Top KIPP ini menjadi bukti bahwa pesantren bukan hanya sebagai penguat dalam pendidikan dan agama, namun juga penggerak kemandirian ekonomi untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran di masyarakat,” kata Khofifah dikutip jawapos.com, Jumat (29/07/2022).
Berdasarkan data dari Pemprov Jatim, keberhasilan Eko-Tren telah direplikasi 8 kabupaten/kota di Jatim. Yakni Kota Madiun, Kabupaten Probolinggo, Mojokerto, Lamongan, Magetan, Jombang, Gresik, dan Blitar. Selain itu, Eko-Tren juga telah dikembangkan Provinsi Kalimantan Selatan.
”Inovasi ini tidak lepas dari kolaborasi antara pemerintah, media, akademisi, bisnis dan komunitas. Ini kemudian menjadi bentuk kerja bersama yang konkret dan berkesinambungan. Jadi, mari kita samakan frekuensi untuk sukseskan Eko-Tren agar lebih memberikan multiplier effect untuk kesejahteraan masyarakat,” ungkap Khofifah.
Ia menjelaskan, keberhasilan Eko-Tren tak lepas dari Pesantrenpreneur atau pemberdayaan ekonomi pesantren melalui koperasi pondok pesantren dan badan usaha lain sebanyak 550 pondok pesantren.
Selain itu, Santripreneur atau pemberdayaan santri menjadi entrepreneur melalui laboratorium kewirausahaan dan vokasional skill sebanyak 112.116 santri.
Ada pula adalah Sosiopreneur atau pemberdayaan usaha alumni pesantren melalui sinergi dan kolaborasi dengan usaha ponpes dan masyarakat sebanyak 604 alumni pesantren.
”Inovasi dalam hal layanan adalah kewajiban, update teknologi adalah keharusan. Dan inovasi ini yang mampu mengisi roh percepatan layanan birokrasi. Saya berpesan untuk para ASN agar terus berinovasi memperbaiki layanan dan program untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur,” jelas Khofifah.