Kasih Ilahi Mengalahkan Murka-Nya

Salah satu karunia dan rahmat Allah yang harus kita syukuri adalah nikmat kemerdekaan yang telah kita peroleh dengan perjuangan yang berat dan pengorbanan yang besar. Nikmat kemerdekaan merupakan sebagian dari karunia Allah yang kita rasakan dalam segala kehidupan, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Nikmat yang mulia itu hendaknya kita isi dengan bekerja yang sunguh-sungguh dan perjuangan yang tulus, untuk membentuk suatu umat yang besar dan berkualitas. Dengan demikian, kehadiran bangsa kita di tengah-tengah kehidupan dunia selalu diperhitungkan bangsa-agsa lain. Kita hendaknya terus berusaha menjadi suatu umat yang dapat mendarmabaktikan kemampuannya bagi kesejahteraan dunia secara umum.

Nikmat dan karunia Allah memang sangat agung. Semua makhluk-Nya dari makhluk yang paling besar sampai yang paling kecil, dari makhluk nyata sampai makhluk ghaib, semuanya merasakan nikmat dan karunia-Nya. Agungnya rahmat dan karunia Allah tidak mungkin dapat dihitung atau diperkirakan, karena keagungan-Nya meliputi segala-galanya. 

Bila kita memperhatikan kasih sayang  yang ada di dunia ini, seperti kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, cinta seorang pada kekasihnya, kasih sayang seorang teman dengan sahabatnya, kasih sayang sesama hewan dan makhluk lain, bahkan kasih sayang dari makhluk ghaib dan segala kasih sayang yang ada di dunia ini hanya merupakan bagian kecil saja dari kasih sayang dan rahmat Allah.

Dalam salah satu hadis yang bersifat metaphoris, diriwayatkan Muslim. Disebutkan bahwa Allah SWT menciptakan seratus persen dari nikmat dan kasih sayang. Kasih sayang yang kita jumpai di dunia ini, merupakan karunia  yang terdiri satu persen saja. 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: خَلَقَ اللهُ مِائَةَ رَحْمَةٍ، فَوَضَعَ وَاحِدَةً بَيْنَ خَلْقِهِ وَخَبَأَ عِنْدَهُ مِائَةً إِلَّا وَاحِدَةً (رواه مسلم)

“Dari Abu Hurairah r.a. menginformasikan: Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Allah menciptakan seratus rahmat (kasih sayang), maka diberikanlah satu bagian untuk semua makhluk-Nya, dan Sembilan puluh Sembilan bagian disimpan (di sisi Allah). (HR. Muslim).

Dengan penjelasan itu, kita bisa membayangkan dan menghayati keagungan dan karunia Allah. Kasih Allah begitu luas, tidak terbatas dan tidak bertepi. Dalam suatu hadis yang diriwayatkan  Muslim, disebutkan bahwa Allah s.w.t. terus menerima taubat hambaNya meskipun orang itu berbuat dosa berkali-kali. Dalam akhir hadis lain disebutkan: “..kemudian seorang manusia berulang kembali berbuat dosa dan ia bertobat seraya berdo’a: “Tuhanku, ampunilah dosaku,” Tuhan berfirman: “Hambaku berdosa dan ia mengetahui bahwa ada Tuhan Yang Maha Pengampun yang mengampuni dosa. Sekarang aku ampuni dosa hamba-Ku…” dalam hadis lain disebutkan Allah SWT tidak akan bosan menerima taubat hambaNya, sehingga orang itu sendiri yang bosan bertaubat.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فِيمَا يَحْكِي عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ، قَالَ: ” أَذْنَبَ عَبْدٌ ذَنْبًا، فَقَالَ: اللهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي، فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: أَذْنَبَ عَبْدِي ذَنْبًا، فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ، وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ، ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ، فَقَالَ: أَيْ رَبِّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي، فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: عَبْدِي أَذْنَبَ ذَنْبًا، فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ، وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ، ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ فَقَالَ: أَيْ رَبِّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي، فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: أَذْنَبَ عَبْدِي ذَنْبًا، فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ، وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ، اعْمَلْ مَا شِئْتَ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكَ (رواه ومسلم)

“Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi SAW sebagaimana ia menceritakan hal itu dari Tuhannya: “Ada seorang hamba yang berbuat dosa lalu dia mengatakan: “Ya Allah, ampunilah dosaku. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Tuhan yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa. Maka Allah mengampuni dosanya, kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, lalu dia mengatakan: “Wahai Tuhan, ampunilah dosaku”. Lalu Allah berfirman: “Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Tuhan yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa”. Maka Allah mengampuni dosanya, kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, lalu dia mengatakan: “Wahai Tuhan, ampunilah dosaku”. Lalu Allah berfirman: “Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Tuhan yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa. Berbuatlah sesukamu, sungguh engkau telah diampuni”. (HR. Muslim, No: 2758). 

Untuk menjelaskan kepada umatnya agar mudah memahami ajaran-ajaran Islam, Rasul Muhammad SAW sering mengumpamakan sesuatu dengan peristiwa yang terjadi sehari-hari. Dengan demikian umat Islam merasakan bahwa ajaran agamanya adalah wajar, sesuatu yang berada di bumi, bukan berada di langit atau dalama angan-angan. 

Sebagai salah satu contoh mengenai hal itu, baiklah kita perhatikan pelajaran Nabi SAW. Umar bin Khatab meriwayatkan, bahwa suatu ketika Nabi dan para sahabatnya mengadakan peninjauan. Kemudian dihadapkan kepadanya beberapa tawanan perang. Tiba-tiba di antara para tawanan itu ada seorang wanita yang nampak kebingungan dan amat sedih karena berpisah dengan anak susuannya dalam suatu peperangan. Wanita itu ditimpa kesedihan yang sangat, sehingga hampir kehilangan kesadarannya. Setiap ia jumpai anak kecil diangkat dan dipeluknya kemudian disusui.

Pada saat para shabat menyaksikan peristiwa yang amat tragis itu, Nabi bertanya kepada mereka: “Apakah kalian mengira bahwa wanita itu akan mencampakkan anaknya ke dalam api neraka?” para sahabat menjawab: “Demi Allah, tidak mungkin, mustahil hal itu terjadi, “ Nabi menjelaskan pada mereka mengenai keagungan kasih Allah, kata Nabi: 

الله أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا (رواه البخاري ومسلم)

“Allah Maha Kasih terhadap hambanya melebihi kasih sayang ibu itu terhadap anaknya”. (HR. Bukhari, No: 5356 dan Muslim, No: 2754).

Rahmat dan karunia Allah Maha Luas, tidak ada manusia yang berputus asa terhadap rahmat-Nya, kecuali mereka yang imannya lemah, kalau tidak bisa dikatakan tidak beriman sama sekali.

Dalam hadis Qudsi, Allah berfirman: 

إِنَّ رَحْمَتِي تَغْلِبُ غَضَبِي (رواه مسلم)

“Sesungguhnya kasih sayang-Ku mengalahkan Murka-Ku”.  (HR. Muslim, No: 2751).

Dr. KH. Zakky Mubarak, MA, salah seroang Mustasyar PBNU

https://jabar.nu.or.id/taushiyah/kasih-ilahi-mengalahkan-murka-nya-lEn5R

Author: Zant