KH A Bunyamin Ruhiat, Kiai yang Lembut dan Multitalenta (II)

Ketika kami menjadi santri Cipasung, Kiai Abun masih sangat muda dan energik. Beliau Kyai yang sangat telaten dan istiqomah, jarang sekali beliau absen untuk mengajar baik di sekolah, di kampus maupun di pesantren, kecuali dalam keadaan sakit atau ada keperluan mendesak saja. Di saat pesantren dipimpin oleh kakaknya Almagfurlah KH Ilyas Ruhiat yang waktu itu sering kali keluar pesantren, karena dipercaya menjadi Rais Am PBNU, maka Kiai Abun bersama kakaknya yang lain yaitu Almagfurlah KH Dudung Abdul Halim dan saudara-saudara beliau lainnya yang lebih sering berada di pesantren dalam membina para santri.

Sebagai sekretaris Pondok Pesantren pada saat itu Kiai Abun juga menjalankan tugasnya dengan baik, beliau mampu menjadi mesin organisasi Pesantren untuk dapat bersaing dengan sistem pendidikan modern. Beliau menata asrama-asrama yang berada di lingkungan pesantren dengan membentuk kepengurusan asrama, membentuk Tim Penggerak Kegiatan Santri (TPKS) , dan juga mendirikan Tim Khusus Keamanan (timsus) Pesantren.

Semua alumni Cipasung juga pasti mengakui, bahwa Kiai Abun adalah Bapak Pembangunan Cipasung. Beliau bukan hanya Kiai yang ahli ngaji, tapi juga arsitek ulung Pembangunan sarana prasarana yang ada di Cipasung. Dari mulai Pembangunan fisik asrama, gedung-gedung sekolah yang berada di bawah naungan yayasan, sampai hal-hal lain yang berhubungan dengan sarana Pesantren, semuanya dibangun berkat keuletan Kiai Abun.

Perhelatan Muktamar NU ke 29 di Cipasung, yang fenomenal dan bersejarah, tak lepas dari tangan terampilnya Kyai Abun. Bisa dibayangkan, pada waktu itu para Kiai pesantren masih sangat sulit untuk menembus tirani orde baru. Tapi dengan kecerdasan Kiai Abun, semua bisa diatasi, sehingga Muktamar NU pun sukses digelar di pesantren yang didirikan oleh Almagfurlah KH Ruhiat ini.

Di antara puluhan ribu santri Cipasung, saya adalah santri yang paling merasa berdosa kepada Cipasung khususnya kepada Al Magfurlah Kiai Abun. Saya pernah melakukan sebuah kesalahan fatal yang mohon maaf tidak bisa saya sebutkan di sini. Sebagai seorang santri saya tetap menaruh rasa ta’dzim kepada masyayikh dan almamater saya, saya pun datang untuk meminta maaf kepada seluruh masyayih Cipasung, terutama kepada Almagfurlah Kiai Abun. Dengan penuh kearifan sebagai seorang guru, Kiai Abun menjawab permohonan maaf saya :

Nya anu tos kaliwat mah tong dipikiran, ku Bapak dihampura, Bapak ngado’akeun Uyan sing manfaat elmu,“.

Sambil berurai air mata saya bersimpuh di pangkuan beliau. Saya bersaksi Kiai Abun benar-benar seorang Kiai pemaaf dan bijak. Saya seorang santri yang suul adab dan penuh dengan dosa, beliau maafkan dengan sepenuh hati. Salah satu buktinya di tahun 2000 ketika saya menikah, beliau dan keluarga berkenan hadir ke Sukabumi tempat resepsi pernikahan kami.

Bayangkan jarak Tasikmalaya Sukabumi itu cukup jauh dan melelahkan, tapi beliau bisa menyempatkan hadir di hari pernikahan saya, santrinya yang pernah menyakiti hati beliau.

Bukti berikutnya bahwa beliau seorang yang pemaaf dan bijak adalah ketika menunjuk saya sebagai ketua umum Majelis Pengurus Pusat Keluarga Alumni Cipasung (MPP KAC) menggantikan Bapak Dr H Ajat Sudrajat MH. Karena saya merasa tak pantas untuk menjadi ketua umum di organisasi alumni sebuah pesantren besar di Jawa Barat ini, saya memberanikan diri untuk bertanya tentang alasan beliau menunjuk saya.

Kiai Abun menjawab tegas: “Bapak mah hayang boga ketua alumni teh anu gampang dihubungi, jeung boga pasantren,“.

Seorang santri yang pernah melakukan sebuah kekhilafan besar, saya dipercaya untuk memimpin organisasi alumni, tentu berkat ketulusan serta jiwa pemaaf Kiai Abun.

Almagfurlah Kiai Abun juga seorang sangat perhatian dan menjaga sillaturahmi dengan para alumni Cipasung, di hari ketiga wafatnya ayah saya, beliau menyempatkan diri untuk datang ta’ziah dan berziarah ke makam ayah saya. Beliau sempat bercerita waktu itu bahwa beliau pernah bareng ngaji kitab Asmawi salah satu syarah Jurumiah kepada kakaknya yaitu Kyai Ilyas Ruhiat bersama ayah saya.

Sabtu 19 November 2022 ketika mendengar kabar bahwa Kiai Abun wafat, melalui telepon WA dari teman saya Ackie Udin , saya tak bisa menahan kesedihan, air matapun jatuh berurai . Begitu sakit hati ini ditinggalkan seseorang yang berjasa besar dalam hidup saya, mengajar ngaji, mendidik, membimbing dan mengarahkan hidup saya menjadi lumayan seperti sekarang ini.

Terimakasih Bapak.
Terimakasih atas segala yang pernah engkau ajarkan kepada kami santri-santrimu.
Allah pasti menempatkanmu di dalam rahmatNya.
Al Fatihah.

KH Ahmad Ruhyat Hasby, Ketua MPP KAC yang merupakan salah seorang Alumni Cipasung 1995

https://jabar.nu.or.id/obituari/kh-a-bunyamin-ruhiat-kiai-yang-lembut-dan-multitalenta-ii-CQG1L

Author: Zant