Sumenep, NU Online Jatim
Nama Nabi Muhammad SAW sudah ada sebelum Allah menciptakan alam jagat raya ini. Penduduk langit sudah menyebut nama “Muhammad” bahkan sebelum Adam AS tercipta.
Pernyataan ini disampaikan oleh KH M Zainur Rahman Hammam Ali saat mengisi hikmah maulid nabi di masjid Al-Barakah Dusun Maronggi Laok, Desa Pragaan Laok, Pragaan, Sumenep, Jumat (07/10/2022) malam.
Dikatakan oleh Wakil Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep ini, Nabi Adam berjuluk Abul Basyar (bapak dari semua manusia), yang kala itu tinggal di surga, kegantengannya setara Nabi Muhammad dan di atas Nabi Yusuf AS.
“Saat di surga, Adam AS merasa sendiri, padahal surga adalah tempat segala kenikmatan. Akhirnya Allah menidurkan Adam as. Di saat beliau tertidur itulah, Allah mengambil 1 tulang rusuk kirinya untuk menciptakan Siti Hawa,” ujarnya saat dikonfirmasi NU Online Jatim, Sabtu (08/10/2022).
“Ketika terjaga dari tidurnya, Adam AS melihat perempuan cantik di sampingnya. Namum saat hendak mau dipegang, malaikat Jibril melarang kecuali ada maharnya (dinikahi),” imbuhnya.
Di saat itu, lanjutnya, Adam as dinikahkan oleh Allah dan disaksikan oleh para malaikat dengan maskawin shalawat nabi atas permintaan Siti Hawa.
“Allah memberikan keleluasaan pada Adam AS bersama istrinya, kecuali mendekati pohon khuldi. Jika mendekatinya, akibatnya adalah menjadi orang-orang yang dzalim,” ucapnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muqri Karang Kapoh Prenduan itu menceritakan, ketika Allah menciptakan Adam AS, seluruh seisi surga bersujud (menundukkan kepala sebagai penghormatan), kecuali Iblis. Ia sombong karena tercipta dari api, sedangkan Adam AS tercipta dari tanah.
“Kesombongan Iblis membuat Allah mengusirnya dari surga ke bumi dan dilaknat masuk neraka. Namun sebelum diusir, Iblis membuat perjanjian agar umurnya dipanjangkan sampai hari kiamat. Tujuannya untuk menggoda Adam AS beserta keturunannya,” terangnya.
Ketika mendengar kabar bahwa Adam AS dilarang mendekati pohon khuldi, Iblis menggodanya. Berkali-kali upayanya gagal menggoda Adam AS, walaupun mengeluarkan kalimat qasam (bersumpah atas nama Allah).
“Berhubung Iblis gagal menggoda Adam AS. Iblis menggoda Hawa AS meskipun di awal mula gagal. Ketika menggunakan kalimat qasam, akhirnya Siti Hawa luluh, lalu mengajak Adam AS untuk mendekati pohon tersebut,” curahnya.
Akibat ‘melanggar larangan’ itulah Adam AS dan Siti Hawa dikeluarkan dari surga, hingga pada akhirnya melahirkan keturunan. Dari beberapa keturunan yang berpasangan, tidak ada yang memiliki keturunan, kecuali Nabi Syits AS. Dari beliau inilah umat manusia saat ini.
Kiai Zainur menjelaskan, dari seluruh keturunan Nabi Adam, ada 25 orang yang mulia, yakni para nabi dan rasul. Dari 25 nabi itu ada 5 nabi yang lebih mulia, yakni ulul azmi: Nabi Muhammad, Nabi Isa, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim dan Nabi Musa. Dari 5 nabi itu ada 2 yang lebih mulia lagi, yakni Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad.
“Nabi Ibrahim memiliki 2 julukan Abu Anbiya karena kedua putranya menjadi nabi, yaitu Nabi Ishaq dan Nabi Ismail. Dari Nabi Ishaq kelak lahir Nabi Isa. Sedangkan Nabi Ismail menurunkan Nabi Muhammad,” ungkapnya.
Julukan kedua Nabi Ibrahim adalah Abud Dhuyuf. Julukan itu didapatkan lantaran beliau suka menjamu tamu. Dalam riwayat, Nabi Ibrahim tak pernah makan sendirian. Jika tidak ada tamu, ia memanggil tetangga atau orang yang lewat di depan rumahnya untuk dijamu.
“Di saat usia menua, Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah agar diberikan kekuatan untuk menjamu tamu hingga akhir hayatnya. Atas dasar itulah Allah memerintahkankan malaikat untuk mengambil kapur di surga, lalu diberikan pada Ibrahim AS untuk dilemparkan ke laut. Sejak itulah air laut rasanya asin,” tuturnya.
Kiai Zainur menegaskan, dari 2 nabi yang mulia itu, ada Nabi yang paling mulia, yakni Nabi Muhammad SAW. Dari saking mulianya, seorang penulis non muslim menulis buku dengan judul 100 tokoh berpengaruh di dunia.
“Tokoh yang dinomor satukan oleh penulis adalah Nabi Muhammad,” tegas pembinaan Pengurus Cabang (PC) Lembaga Ta’lif wan-Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Sumenep itu.
Disebutkan, masjid yang paling mulia di dunia ada 3, Masjidil Haram di Makkah, masjid Nabawi di Madinah, Masjidil Aqsha di Palestina. Sedangkan masjid lainnya juga mulia, namun levelnya setara.
“Masjid adalah tempat mulia, tak ada shalat tahiyyat selain shalat tahiyatul masjid. Tak shalat tahiyatul mushala, tahiyatul madrasah, tahiyatul langgar dan sejenisnya,” sergahnya sambil melontarkan senyuman.
Tak hanya itu, wanita haid dan pria yang junub tidak boleh berdiam diri di masjid. Jika sekedar melewati masjid tidak apa-apa, asalkan darah haidnya.
“Orang junub yang boleh berdiam diri masjid hanya Nabi Muhamad, karena nabi lebih mulia daripada masjid,” kata Mustasyar Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pragaan itu.
Tapi tempat paling mulia di langit dan di bumi, bahkan di atas kemuliaan Masjidil Haram, adalah kuburan Nabi Muhammad SAW. Karena tak ada tanah yang lebih mulia daripada tanah yang menyentuh jasad Nabi Muhammad SAW.
Oleh karenanya, guna menyambungkan ruhani dengan nabi dan ingin mendapatkan syafaatnya, Kiai Zainur mengajak jamaah untuk menjaga syariat nabi dan banyak membaca shalawat.
“Menurut sebagian ulama, untuk banyak bershalawat, minimal dibaca 300 kali dalam sehari semalam. Baik shalawat yang panjang dan pendek, itu sama,” tandasnya.