Melepas Gus Dur Pulang

Aku terlambat mendaftar untuk ikut bersama rombongan naik pesawat menuju Surabaya lalu ke Jombang. Padahal semalaman aku menunggui Gus Dur. Maka aku, keluargaku bersama ribuan orang lainnya berdiri menunggu dengan setia keberangkatan jenazah beliau dari depan rumah duka itu sambil terus berdoa untuk keselamatan jenazah dan para pengantarnya sampai tempat tujuan.

Langit biru bening dilapis awan putih berarak, bergerak pelan-pelan mengantar pesawat yang membawa jasad Gus Dur untuk kembali ke rumah tempatnya dilahirkan dan bermain di Jombang.

Dan saya terduduk lunglai
Hati siapa yang tak bergetar
terenggut
ketika kekasih melambai-lambaikan tangannya
dan kereta bergerak pelan-pelan membawanya pulang

Tetapi puisi Maulana Rumi mendamaikan hati :

الوداع لا يقع إلا لمن يعشق بعينيه أما ذاك الذي يحب بروحه وقلبه فلا ثمة انفصال أبداً.

Ucapan selamat tinggal hanyalah bagi orang yang mencintai dengan kedua bola matanya. Dia yang mencinta dengan ruh dan hatinya tak ada kata perpisahan.

الحب الذي لا يهتم إلا بالجمال الجسدي ليس حباً حقيقياً.

Cinta yang hanya berharap pada keelokan tubuh bukanlah cinta putih

Cintaku putih Gus
Dan ruhmu ruhku

KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU

https://jabar.nu.or.id/hikmah/melepas-gus-dur-pulang-Qoz4I

Author: Zant