Nabi Muhammad saw merupakan teladan bagi seluruh umat manusia. Salah satu teladan dari beliau adalah akhlak atau budi pekerti kepada tetangga. Akhlak bertetangga ala Nabi Muhammad Saw dapat kita lihat di dalam hadits. Salah satunya wasiat Nabi saw kepada Abu Dzar agar memperbanyak kuah makanan, supaya bisa dibagi-bagikan kepada para tetangga.
Abu Dzar menyebarkan pesan memperbanyak kuah makanan untuk tetangga kepada para sahabat lain. Abu Dzar menceritakan,
“Sungguh kekasihku, Rasulullah saw pernah mewasiatkan kepadaku supaya memperbanyak kuah masakan, kemudian lihatlah tetangga di sekitarmu, berikanlah dari [masakan itu] secara baik.” (HR Muslim).
Selain itu, dalam menerima pemberian, Nabi Muhammad saw melarang kita untuk memandang rendah pemberian tetangga. Nabi saw bersabda,
“Janganlah menghina kebaikan apa pun, janganlah seorang tetangga memandang rendah pemberian tetangganya meski hanya sekedar kaki kambing.” (Muttafaq ‘Alaih).
Mengapa tidak boleh memandang rendah pemberian tetangga? Sebab dapat membuat tetangga menjadi sakit hati dan merasa direndahkan. Nabi Muhammad saw sangat melarang umatnya untuk menyakiti para tetangganya. Hal ini dapat dilihat dari sabdanya,
“Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman, yaitu yang tetangganya tidak merasa aman dari keburukan yang dilakukannya.” (HR Muslim)
Nabi Muhammad saw dengan segala keterbatasan ekonomi di rumah, tetap memuliakan tetangganya. Hal ini terbukti dari riwayat Aisyah ra yang memberikan hadiah kepada para tetangga. Tatkala menyadari bahwa pemberiannya terbatas tidak cukup untuk seluruh tetangga, Sayyidah Aisyah ra bertanya kepada Nabi Muhammad saw,
“Aku punya dua tetangga, mana yang aku beri?”
“Kepada yang paling dekat rumahnya dengan kita”, jawab Nabi Saw. (HR al-Bukhari)
Dari sikap keluarga Nabi saw di atas kita dapat meneladani akhlak mereka dalam bertetangga. Hal inilah yang sepatutnya ditiru. Nabi saw bersabda,
“Sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah yang paling baik terhadap tetangganya”. (HR at-Tirmidzi)
Selain itu, seorang muslim tidak disebut beriman sempurna apabila perutnya kenyang, sedangkan tetangganya kelaparan. Nabi Muhammad Saw pernah bersabda,
“Tidaklah beriman kepadaku, seseorang yang tidur dalam keadaan perut kenyang, sedangkan tetangga di sampingnya kelaparan, sedangkan dia tahu itu.” (HR at-Thabarani dan al-Bazzar)
Sebab itu, hendaknya apabila kita tahu bahwa tetangga butuh pertolongan, maka hendaklah ditolong sebagaimana merujuk pada hadits tersebut.
Doa tentang Tetangga
Memang dalam realitas kehidupan bermasyarakat, ada interaksi antartetangga yang tidak rukun, entah karena sikap salah satunya yang kurang ramah, atau keduanya memang tidak dapat menurunkan ego masing-masing. Sudah menjadi kewajiban seorang muslim untuk mengingatkan tetangganya yang sikapnya kurang baik. Diperkenankan juga untuk berdoa agar dihindarkan dari tetangga yang tidak baik. Dalam hal ini terdapat doa Nabi saw yang diriwayatkan dalam Shahih Ibnu Hibban:
اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ جَارِ السُّوءِ
Artinya, “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari tetangga yang buruk”. (HR Ibnu Hibban)
Nabi saw dan para sahabat bertetangga dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh sikap ramah dan saling membantu satu sama lain. Para sahabat Nabi saw sering memberi hadiah kepadanya. Begitu juga sebaliknya. Seperti tatkala Abu Hurairah ra kelaparan, maka Nabi saw mengirimkan semangkuk susu kepadanya. Kemudian Ahlu Suffah lain pun ikut meminumnya. Wallahu a’lam.
Ustadz Amien Nurhakim, Musyrif Pesantren Luhur Ilmu Hadits Darus-Sunnah dan Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Download segera! NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.
https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/meneladani-nabi-muhammad-dalam-bertetangga-B6cwQ