Ramadhan demikian disambut antusias umat Islam, khususnya warga Nahdlatul Ulama atau Nahdliyin. Hal tersebut dibuktikan dengan demikian bersemangatnya melakukan ibadah selama Ramadhan. Sebuah pemandangan yang barang kali tidak disaksikan di bulan sebelum dan sesudahnya.
Islam sebagai agama paripurna memberikan ruang kebebasan kepada pemeluknya untuk selalu meningkatkan ibadah agar bisa menjadi penyebab tingginya derajat di sisi Allah Subhanahu Wa Taala. Meski setiap ibadah berbuah pahala (apabila sesuai dengan ketentuan), masing-masing orang bisa mendapatkan pahala berbeda. Orang alim dan orang bodoh, misalnya, meski keduanya melakukan ibadah yang sama dengan waktu yang sama, serta durasi yang juga sama, tidak kemudian mendapatkan pahala yang sama pula.
Begitu pun perihal dosa, jenis perbuatan, waktu, dan durasi yang sama, tidak lantas menghasilkan dosa yang sama. Waktu merupakan salah satu barometer yang bisa menjadikan nilai pahala dan dosa tidak sama, misalnya bulan Ramadhan. Pada bulan ini semua pahala ibadah serba berlipat ganda. Namun tak hanya itu, Allah juga melipatkgandakan dosa dalam setiap maksiat.
Keistimewaan bulan Ramadhan memang tidak bisa dihitung banyaknya, mulai dari dilipatgandakannya pahala, hingga dibukanya pintu surga dan ditutupnya pintu neraka. Oleh sebab itu, umat Islam seharusnya menjaga kesakralan bulan suci ini dengan bersungguh-sungguh menjauhi setiap hal yang bisa merusak kesakralan Ramadhan. Karena, semua itu bisa berdampak pada dirinya, serta tidak mendapat nilai apa pun dalam menjalankan puasanya.
Syekh Abdurrahman bin Qasim pernah menjelaskan dengan bentuk syair:
إِذا لم يَكنْ في السَّمْعِ مِنّي تَصامُمٌ # وفي بَصَرِي غَضٌّ وفي مَنْطِقي صَمْتُ
فحَظِّي إِذاً مِنْ صَوْمِيَ الجُوعُ والظَّمَا # فإِنْ قُلْت يوماً إِنَّنِي صُمْتُ ما صُمْتُ
Artinya: Jika telingaku masih saja tanpa penjagaan (membiarkan mendengarkan sesuatu yang haram), dalam ucapanku tidak ada jeda (dari kesalahan), dan percakapanku tidak kudiamkan. Maka, bagiku dalam melakukan puasa hanyalah lapar dan dahaga, betapa pun aku berkata ‘aku puasa’, sejatinya aku belum puasa. (Syekh Abdurrahman bin Qasim, Lathaifur Ramadhan, halaman: 21).
Momentum meraih kebaikan pada bulan Ramadhan terkadang masih disia-siakan banyak orang. Betapa banyak yang tidak menjaga kesakralan bulan mulia itu, betapa banyak yang tidak mengindahkannya, menyia-nyiakan keagungan posisinya, serta keluhuran darajatnya.
Dalam keadaan seperti ini, penting kiranya untuk merenungkan sabda Rasulullah yang diriwayakan oleh Ummi Hani’ binti Abi Thalib karramallahu wajhah dan dicatat Imam at-Thabrani dalam kitab Mu’jamus Shagir berikut ini:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (إِنَّ أُمَّتِيْ لَمْ يَخِزُّوْا مَا أَقَامُوْا شَهْرَ رَمَضَانَ). قِيْلَ يَا رَسُوْلَ الله وَمَا خَزِيُهُمْ فِي إِضَاعَةِ شَهْرِ رَمَضَانَ؟ قال: (اِنْتِهَاكُ الْمَحَارِمِ فِيْهِ مِنْ زِنَا فِيْهِ أَوْ شَرِبَ فِيْهِ خَمْرًا لَعَنَهُ اللهًُ وَمَنْ فِي السَّمَاوَاتِ إِلَى مِثْلِهِ مِنَ الْحَوْلِ فَإِنْ مَاتَ قَبْلَ أَنْ يُدْرِكَهُ رَمَضَانُ لَمْ تَبْقَى لَهُ عِنْدَ اللهِ حَسَنَةٌ يتقي بها النار فَاتَّقُوا شَهْرَ رَمَضَانَ فَإِنَّ الْحَسَنَاتِ تُضَاعَفُ فِيهِ مَا لَا تُضَاعَفُ فِيْمَا سِوَاهُ وَكَذَلِكَ السَّيِّئَاتُ).
Artinya: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: Sesungguhnya umatku tidak akan terhina, selama mereka mendirikan bulan Ramadhan. Sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, apa bentuk kehinaan mereka dalam menyia-nyiakan bulan Ramadhan? Rasulullah menjawab: Pelanggaran terhadap hal-hal yang haram pada bulan Ramadhan, seperti zina atau minum khamar. Allah dan para malaikat melaknatnya hingga tahun berikutnya. Jika ia meninggal sebelum bulan Ramadhan berikutnya, maka ia tidak mempunyai kebaikan apa pun di sisi Allah yang bisa menyelamatkannya dari neraka. Oleh sebab itu, berhati-hatilah terhadap bulan Ramadhan, karena pahala kebaikan demikian juga ganjaran kejelekan akan dilipatgandakan. (Imam at-Thabrani, Al-Mu’jamus Shagir, juz 2, halaman: 16).
Hadits di atas memberikan sebuah pemahaman tentang betapa besarnya nilai ibadah yang dilakukan pada bulan Ramadhan. Sekecil apa pun pahala yang dilakukan pada bulan tersebut menjadi luar biasa pahalanya ketika dibandingkan dengan bulan selain Ramadhan. Namun, pada bulan tersebut juga Allah lipat gandakan dosa dalam setiap perbuatan buruk. Sekecil apa pun kesalahan yang dilakukan pada bulan Ramadhan akan tetap mengungguli bulan yang lain perihal dosanya. Oleh sebab itu, Rasulullah berpesan untuk sangat berhati-hati pada bulan tersebut. Bagaimanapun bulan Ramadhan hanyalah periode tahunan yang tidak bisa dijumpai sekali dalam satu tahun. Sehingga, jika sudah tidak bisa mengambil kebaikan dan keberkahan pada bulan tersebut, tentu satu bulan Ramadhan hilang tanpa ada keberkahan dan manfaat yang diraih dan ancamannya, jika mati sebelum menjumpai bulan Ramadhan setelahnya, maka mendapatkan jaminan neraka. Naudzubillah min dzalik.
Demikianlah bulan Ramadhan. Allah Subhanahu Wa Taala melipatgandakan semua amal yang ada di dalamnya; mulai dari ibadah yang dibalas dengan jaminan berlipat ganda pahala, sampai maksiat yang juga dibalas dengan jaminan berlipat ganda dosa. Semua itu tidak lain, kecuali agar manusia lebih meningkatkan serta lebih semangat dalam menjalankan ibadah pada dzat yang maha kuasa, serta menjauhi larangan-larangan-Nya.
Sunnatullah, santri Pondok Pesantren Al Hikmah Bangkalan
https://jatim.nu.or.id/keislaman/pahala-dan-dosa-saat-ramadhan-dilipatgandakan-b3qJt