Sidoarjo, NU Online Jatim
Pondok Pesantren Modern Al-Amanah Junwangi, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo menggelar acara Mahakarya Seni Al-Amanah di Lapangan Masyar pesantren setempat. Ragam seni ditampilkan para santri di atas panggung yang megah dengan penuh kreativitas, Kamis (23/05/2024).
Mulai dari band, beragam tari daerah dan modern, pidato, paduan suara, puisi, drama, reog Ponorogo, bela diri dan masih banyak lagi seni yang ditampilkan santri Pondok Pesantren Al-Amanah dengan spektakuler.
“Saya mengapresiasi para santri khususnya kelas 9 dan 12 yang menggelar acaranya. Dimana acara ini adalah tradisi setiap akhir ajaran sebagai tugas akhir dalam bidang kreativitas,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amanah, KH Nurcholish Misbah.
Ia menyebut, kerja keras para santri ini dapat menjadi bekal pada kehidupan di masa depan. Pada dasarnya, Pondok Pesantren Al-Amanah sama dengan pesantren lainnya. Akan tetapi juga memiliki perbedaan, dimana Pesantren Al-Amanah dikelola berbasis program, setiap santri harus mengikuti program yang sudah disiapkan.
“Ada sanggar kutubuts turats yang memberi tambahan bekal bagi santri untuk membaca kitab kuning,” ujarnya.
Dirinya bersyukur di berbagai event santri Al-Amanah bisa bersaing dengan berbagai pesantren salaf. Bahkan Musabaqah Fahmil Kutubit Turats bulan Juli yang akan datang akan dilaksanakan di Pesantren Al-Amanah.
“Yang kedua ada sanggar tahfidz entrepreneur yang memberi tambahan bekal bagi santri untuk menghafal Al-Qur’an. Ada sanggar murottal Al-Qur’an yang menyiapkan para santri yang bacaan Qur’an sudah bagus untuk mengajar Al-Qur’an,” paparnya.
Kemudian ada sanggar bahasa Internasional, dimana santri akan diberikan kemampuan untuk aktif menggunakan bahasa asing, ada juga sanggar sains dan robotika. Pesantren Al-Amanah berbasis kamar, dimana kamar tidak hanya digunakan untuk tidur dan bergurau, namun kamar adalah tempat belajar.
“Dan belajar tidak harus di dalam kelas, bisa dimana saja termasuk di kamar. Belajar tidak harus selalu dengan guru, dengan teman sebaya juga bisa. Karena pada hakikatnya setiap anak bagai sebuah buku yang menyimpan sebuah cerita yang apabila buku itu kita buka dan kita baca akan mengetahui cara pandang yang lain terhadap santri,” tandasnya.