Jember, NU Online Jatim
Minyak jelantah, minyak bekas atau tepatnya sisa minyak yang telah digunakan untuk menggoreng. Bisa dipastikan di hampir semua dapur terdapat minyak jelantah. Karena sudah bekas, minyak jelantah biasanya langsung dibuang begitu saja jika sudah banyak.
Hal ini membuat dua siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) Nuris Jember, Sinta Nuriyah kelas XII MIPA 3 dan Najwa Niken XII MIPA 3 menemukan cara untuk mengkonversi minyak jelantah menjadi bahan bakar kompor.
Menurut Sinta Nuriyah, munculnya gagasan tersebut yang melatar belakangi oleh minyak jelantah selalu ada di rumah-rumah. Minyak jelantah adalah limbah, sehinga para ibu rumah tangga membuangnya begitu saja. Padahal bisa dimanfaatkan untuk kepentingan bahan bakar kompor.
“Perhatian kami memang pada pendayagunaan limbah yang berlimpah di negeri ini agar tidak hanya sekadar sampah, tetapi memiliki nilai ekonomi yang tinggi sebagai sumber energi. Apalagi di masa depan sumber energi fosil yang semakin terbatas bahkan nyaris habis, sumber energi minyak jelantah menjadi salah satu alternatifnya,” ujarnya, Rabu (30/08/2023).
Selama ini, lanjut Sinta, perkembangan teknologi dan keilmuan yang pesat memungkinkan minyak jelantah dapat diolah menjadi sesuatu yang bernilai guna tinggi, salah satunya bahan bakar. Berangkat dari urgensi tersebut, alternatif yang potensial untuk dikembangkan adalah pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel.
“Produksi biodiesel dari minyak jelantah terbukti lebih terjangkau dan ramah lingkungan,” terangnya.
Proses perubahan minyak jelantah menjadi biodiesel melalui tiga tahap. Pertama, pendeteksian ketidaklayakan minyak goreng didasarkan pada pembacaan sensor terhadap karakteristik fisik yang digunakan. Bagian ini terdiri atas input berupa sensor TCS3200 sebagai input warna dan sensor fotodioda sebagai input kekeruhan minyak goreng yang dilakukan pengkalibrasian nilai pembacaan sensor awal pada Arduino uno.
Kedua, pemrosesan data warna dan kekeruhan minyak menggunakan mikrokontroler yang telah di program dengan metode komputasi Bayes untuk mendeteksi minyak yang masih layak atau sudah tidak layak pakai agar diteruskan ke proses berikutnya.
“Proses berikutnya, ketika minyak terdeteksi tidak layak, mikrokontroler akan memberi perintah pada solenoid valve untuk terbuka, sehingga minyak tersebut akan menuju pipa yang mengantarkan pada proses berikutnya yaitu produksi biodiesel melalui reaktor static mixer,” jelasnya.
Ketiga, sistem pemrosesan minyak jelantah menjadi biodiesel melalui reaksi transesterifikasi yang terjadi dalam reaktor biodiesel tipe static mixer. “Setelah melalui proses tersebut, produk biodiesel akan dialirkan menuju kompor guna menghasilkan nyala api yang menjadi sumber panas dalam proses memasak,” pungkasnya.
Perlu diketahui, gagasan dan cara-cara memanfaatkan minyak jelantah untuk bahan bakar kompor, keduanya tuangkan dalam esai yang berjudul Integrated Fryer with Oil Detecting System and Biodiesel Synthesis (Infobs), yang artinya Inovasi Berkelanjutan Guna Meningkatkan Pemanfaatan Energi Bersih dan Terjangkau.
Bukan sekadar gagasan, esai tersebut berhasil meraih juara 3 bidang Mst tingkat Nasional dalam ajang ‘EM Week 9 Tahun 2023’ yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Universitas Internasional Semen Indonsesia (UISI) Gresik medio Juli 2023.