Tujuan dan Logika di Balik Ziarah Kubur

Imam Al-Ghazali menyebut dua tujuan praktik ziarah kubur yang selama ini diamalkan oleh umat Islam. Menurut Imam Al-Ghazali, peziarah dapat memetik hikmah dari peristiwa kematian ahli kubur yang diziarahi. Kedua, ahli kubur yang diziarahi dapat memetik manfaat doa dari peziarah.

Dari dua tujuan ini, Imam Al-Ghazali menyarankan agar peziarah mendoakan ahli kubur dan juga mendoakan dirinya sendiri serta merenung untuk dapat memetik hikmah dari balik pengalaman kematian ahli kubur.

فالمقصود من زيارة القبور للزائر الاعتبار بها وللمزور الانتفاع بدعائه فلا ينبغي أن يغفل الزائر عن الدعاء لنفسه وللميت ولا عن الاعتبار به

Artinya, “Tujuan ziarah kubur bagi peziarah adalah mengambil hikmah atau pelajaran dari ziarah itu sendiri; dan bagi ahli kubur yang diziarahi adalah mengambil manfaat atas doa peziarah. Oleh karena itu, peziarah tidak seharusnya melalaikan doa untuk dirinya sendiri dan bagi almarhum yang diziarahi; dan juga seharusnya tidak mengabaikan mengambil hikmah atau pelajaran dari ahli kubur,” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz IV, halaman 509).

Cukup sebagai pelajaran adalah dengan membayangkan bagaimana organ ahli kubur terlepas satu sama lain dan membayangkan bagaimana ia akan dibangkitkan dari kuburnya kelak. Peziarah juga membayangkan bahwa dalam waktu dekat ia pun akan mengalami kematian dan menyusul ahli kubur yang sedang diziarahi. (Al-Ghazali, 2018 M/1439-1440 H: IV/509).

Sayyid Az-Zabidi dalam Syarah Ihya Ulumiddin menjelaskan logika di balik mendoakan ahli kubur. Menurutnya, doa peziarah untuk ahli kubur merupakan doa mustajab yang pasti diijabah oleh Allah. Sayyid Az-Zabidi menganalogikan doa untuk ahli kubur dengan doa secara ghaib atau mendoakan orang lain yang tidak hadir atau tampak: atau mendoakan orang lain dari kejauhan.

هل يقدم الدعاء لنفسه ثم الميت أو بالعكس؟ الظاهر الثاني إذ الدعاء للميت مستجاب لا محالة قياسا على دعاء الغائب ثم يكون الدعاء لنفسه فهو أحرى أن يستجاب نظرا لكرم الله تعالى وسعة فضله

Artinya, “Apakah peziarah mendoakan dirinya kemudian ahli kubur atau sebaliknya? Secara zahir, sebaliknya karena doa untuk ahli kubur tidak mustahil merupakan doa mustajab dengan qiyas/analogi pada kemustajaban doa untuk orang yang ghaib, lalu ia mendoakan dirinya sendiri. Doa dengan urutan seperti ini lebih layak diijabah dengan menimbang kemurahan Allah dan keluasan keutaman-Nya,” (Sayyid Muhammad bin Muhammad Al-Husaini Az-Zabidi, Ithafus Sadatil Mittaqin bi Syarhi Ihya Ulumiddin, [Beirut, Muassasatut Tarikh Al-Arabi: 1994 M/1414 H], juz X, halaman 373).

Oleh karena itu, Sayyid Az-Zabidi menganjurkan agar peziarah mendoakan ahli kubur terlebih dahulu baru mendoakan dirinya sendiri sebagaimana keterangannya di atas.

Adapun doa secara ghaib atau doa untuk orang lain (keluarga, tetangga, sahabat, kolega, dan siapapun) dari kejauhan atau tidak tampak dapat ditemukan salah satunya pada hadits riwayat Imam Muslim dari sahabat Abu Darda ra:

عَنْ أُمِّ الدَّرْدَاءِ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ وَلَكَ بِمِثْلٍ رواه مسلم وفي رواية لمسلم مَنْ دَعَا لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ

Artinya, “ Dari Umi Darda ra, dari Abu Darda ra, Rasulullah saw bersabda, ‘Tiada seorang hamba muslim mendoakan saudaranya secara sembunyi (ghaib) melainkan ada malaikat yang mendoakannya, ‘Untukmu semisal itu.’ (HR Muslim). Riwayat Muslim lainnya, Rasulullah saw bersabda, ‘Siapa saja yang mendoakan saudaranya secara ghaib, malaikat yang diutus untuknya mengaminkan doanya, ‘Amin, untukmu pun demikian.’’”

Imam Muslim dalam syarah Shahih Muslim menjelaskan logika serupa. Menurutnya, berdasarkan hadits riwayat Abu Darda ra ini, ulama salaf menjadikan doa secara ghaib untuk orang lain sebagai pengantar sebelum doa untuk dirinya sendiri mengingat keutamaan ijabah doa secara ghaib.

وفى هذا فضل الدعاء لأخيه المسلم بظهر الغيب ولو دعا لجماعة من المسلمين حصلت هذه الفضيلة ولو دعا لجملة المسلمين فالظاهر حصولها أيضا وكان بعض السلف اذا أراد أن يدعو لنفسه يدعو لأخيه المسلم بتلك الدعوة لأنها تستجاب ويحصل له مثلها

Artinya, “Pada hadits ini terdapat keutamaan mendoakan orang lain secara ghaib. Kalau seseorang mendoakan secara ghaib sekelompok umat Islam, niscaya keutamaan itu sudah hasil. Demikian juga hasil keutamaan bila ia mendoakan hanya beberapa orang saudaranya. Sebagian ulama salaf–bila ingin mendoakan dirinya–mendoakan saudaranya secara ghaib karena doa secara ghaib itu mustajab dan doa mereka untuk saudaranya juga hasil pada mereka,” (Imam An-Nawawi, Al-Minhaj bi Syarhi Shahih Muslim ibnil Hajjaj, [Kairo, Al-Mathba’ah Al-Mishriyyah bil Azhar: 1930 M/1349 H], juz XVII, halaman 49).

Dengan demikian, praktik ziarah dengan mendoakan ahli kubur memiliki logika dan praktik yang bersumber secara syar’i dari hadits Nabi Muhammad saw dan tata cara doa ulama salaf. Wallahu a’lam.

Alhafiz Kurniawan, Wakil Sekretaris LBM PBNU

Download segera! NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.

https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/tujuan-dan-logika-di-balik-ziarah-kubur-9YH5g

Author: Zant