Ungkap Esensi Berkurban, Kiai M Musthofa: Tumbuhkan Semangat untuk Kebenaran dan Kebaikan

Kiai Musthofa: Semangat Berkurban Tumbuhkan Semangat Berkorban untuk Indramayu

Indramayu, NU Online Jabar
Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Indramayu, Kiai M Musthofa menjadi khatib saat pelaksanaan shalat Idul Adha yang bertempat di Alun-alun Kabupaten Indramayu, Minggu (10/7). Dalam khutbahnya, ia menjelaskan esensi berkurban yang dilakukan umat Islam setiap tahunnya.

”Idul Adha berasal dari kata ‘id dan ‘adha. ‘Id berakar pada kata ‘aada ya’uudu’ yang memiliki arti dasar ‘menengok’ atau ‘menjenguk’ atau ‘kembali’. Sedangkan kata Adha bermakna ‘kurban’,” ujarnya.

Kiai Musthofa menuturkan, ada makna berupa penyembelihan hewan kurban dari momen Idul Adha yang diperingati tersebut selain tentunya di saat yang sama, umat Islam tengah memperingati hari raya haji. Ia menekankan pentingnya meluruskan niat dan tata caranya saat melaksanakan ibadah kurban tersebut. Pasalnya, berkurban sembari memamerkan harta atau keangkuhan sangat tidak disarankan karena tujuan ibadah itu adalah menikmati ketakwaan kepada Allah swt.

“Karena Allah tidak melihat daging dan darah hewan yang dikurbankan, tetapi takwalah yang akan menjadi ukuran, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Hajj Ayat 37,” katanya saat menjelaskan esensi kurban melalui salah satu surat Al-Qur’an. 

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنْكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ

Artinya: “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”.

Esensi lainnya dari berkurban tersebut, lanjut Kiai Musthofa, adalah menumbuhkan semangat berkorban waktu, harta, benda, pikiran, hingga tenaga dalam rangka menyebarkan kebenaran dan kebaikan.

“Semangat berkorban juga hendaknya dapat diimplementasikan untuk kemajuan daerah kita tercinta ini, yakni Bumi Wiralodra Kabupaten Indramayu,” ucap ulama asal Desa Kedungwungu, Kecamatan Krangkeng tersebut.

Kiai Musthofa juga mengungkapkan, kemajuan sebuah daerah termasuk Indramayu hanya bisa diwujudkan jika ada dukungan sekaligus pengorbanan dari seluruh rakyat maupun komponen masyarakat yang ada di dalamnya.

“Menurut Imam Mawardi dalam kitab Al-Ahkamus Shultoniyah kelemahan manusia yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi segala kebutuhannya sendiri serta keragaman dan perbedaan bakat, sifat, kecenderungan dan kemampuan alam, kesemuanya mendorong manusia untuk bersatu padu dan saling tolong-menolong,” ucapnya.

Dalam kesempatan yang sama, kiai yang juga pengusaha muda NU itu menyebut sikap tolong-menolong masyarakat menghasilkan kesepakatan berdirinya pemerintahan atau negara, ada hubungan dua pihak yang didasarkan pada sikap sukarela. Dalam hal ini, pemimpin dan rakyat bekerja sama dan saling berkorban sehingga melahirkan hak dan kewajiban yang ditaati keduanya.

Tak hanya itu, menurut Kiai Musthofa, dijalankannya kewajiban dan dipenuhinya hak setiap pihak dalam sebuah negara adalah pengorbanan yang menuntut loyalitas penuh, di antara praktiknya adalah memberikan perlindungan kepada warga negara hingga patuh pada pemerintah yang sah.

“Berdasarkan hal tersebut dan jika kita kaitkan antara semangat berkorban dengan upaya mewujudkan kemajuan daerah kita tercinta ini, maka kita semua harus terus menggelorakan semangat berkorban agar Kabupaten Indramayu semakin maju, semakin makmur dan sejahtera. Pengorbanan tersebut bisa diwujudkan dengan pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, harta dan benda dalam kebaikan serta kebenaran,” ucapnya.

Kiai penghafal Al-Qur’an itu lalu menyebutkan ayat Al-Qur;an berkaitan dengan pengorbanan rakyat terhadap pemimpin yang patuh pada ajaran agama.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً 

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” 

Pewarta: Ari AJ
Editor: Muhammad Rizqy Fauzi

https://jabar.nu.or.id/indramayu/ungkap-esensi-berkurban-kiai-m-musthofa-tumbuhkan-semangat-untuk-kebenaran-dan-kebaikan-cjTZ8

Author: Zant