Jombang, NU Online
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH Marzuki Mustamar meminta Nahdliyin, khususnya pesantren mengembangkan kajian keilmuan Islam bersandingan dengan sains.
Menurutnya, pesantren bisa memberikan kemanfaatan besar pada masyarakat ketika menguasai teks suci Al-Qur’an, hadis sekaligus memahami teori sains.
“Pondok perlu mengembangkan Islam dan sains. Sementara di luar NU banyak yang mengembangkan kecocokan antara Islam dan sains, sehingga ada baiknya kita orang pondok juga berjalan ke sana. Jangan sampai doktor sains dan Al-Qur’an rata-rata adalah orang di luar NU,” jelasnya saat peringatan tujuh hari wafatnya KH Abdul Nashir Fattah di Tambakberas, Jombang, Sabtu (3/9/2022).
Kiai Marzuki lalu menjelaskan lebih rinci, di Universitas Brawijaya Malang ada biotek yang meneliti jumlah pohon di daerah aliran sungai di Batu. “Kenapa diteliti? Karena pohonnya gundul, menghitung sisa daun, ukuran, dan tinggi pohonnya,” jelasnya.
Jika semakin banyak pohon semakin banyak mengeluarkan CO2 di malam hari dari daunnya dan itu untuk membersihkan polusi udara. Semua itu, kata Kiai Marzuki, ada rumusnya. Jumlah pohon ini juga sebagai pertimbangan boleh didirikan atau tidak boleh didirikan sebuah pabrik. Karena kalau pohonnya banyak, udara kotor yang dikeluarkan pabrik akan dibersihkan oleh pohon-pohon.
“Yang menguasai seperti ini kalau bisa juga dari kalangan santri sehingga Nu dan Islam berjaya,” imbuhnya.
Kiai Marzuki mengambil contoh lain. Di dalam Al-Qur’an ada perintah tentang memakan rutab atau kurma setelah melahirkan. Ternyata ketika diteliti diketahui kurma adalah buah yang paling banyak mengandung sel darah putih.
Orang yang baru mengalami pendarahan kalau kadar sel darah putihnya kurang maka sembuhnya akan lama. Sehingga kalau ingin sel darah putihnya cukup harusnya memakanlah kurma.
“Sehingga dalam Al-Qur’an, Allah memerintahkan kepada Siti Maryam untuk memakan rutab. Perpaduan antara Al-Qur’an dan Sains,” beber Kiai Marzuki.
Contoh lain, kata Kiai Marzuki berkaitan dengan siksaan di neraka, di mana yang disiksa adalah bagian kulit dan tentang penciptaan manusia yang diterangkan dalam Al-Qur’an. Setelah diteliti yang menyebabkan rasa sakit luar biasa itu karena ada kulitnya. Lebih pedih. Makanya setelah kulitnya hangus, dikembalikan lagi, lalu disiksa lagi.
Ringkasnya, jariyah apa pun penting. Termasuk juga bangunan. Namun, jariyah yang paling awet adalah jariyah ilmu. Contoh sederhana adalah membangun pondok dan mengajar. Bangunan pondok 500 tahun lagi pasti direhab. Sementara ilmu sampai 1000 tahun tidak akan habis.
Karena itu, hal yang paling bijaksana adalah selain membangun pondok adalah jangan sampai abai terhadap ilmu. Salah satunya ilmu sains.
“Ada baiknya santri pesantren selain menguasai fiqih, usul fiqih, nahwu shorof, filsafat, dan mantiq. Ditambah juga hafal Al-Qur’an dan menguasai sains seperti kimia dan biologi,” tandasnya.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Kendi Setiawan
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.
https://www.nu.or.id/daerah/ketua-pwnu-jatim-minta-pesantren-kembangkan-sains-AtsMG